KEPEMIMPINAN
DAN ORGANISASI PEMBELAJAR
Disusun untuk melengkapi tugas terstruktur mata
kuliah Kepemimpinan
Oleh:
Kelompok 4
Ndaru Hutomo Putro 105020207111005
Thomas Leonard Jenkins 105020207111075
Shely Nora 115020200111022
Ruri Fitria 115020200111042
Tia Aprilia 115020202111002
Siti Zulaikha 115020205111004
Jurusan
Manajemen
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Brawijaya
Malang
2013
PENGANTAR
Organisasi yang terdiri dari
orang-orang yang memiliki kecerdasan dan ketrampilan
yang tinggi (smart) senantiasa terdorong untuk melakukan
perubahan sampai pada suatu titik dimana organisasi berubah menjadi lebih efektif. Oleh
karena itu, evolusi pun terus berjalan dari era organisasi tradisional hingga
organisasi pembelajar, sebagai wadah yang dapat menfasilitasi pembelajaran bagi
individu atau group yang dilakukan secara sadar dan bersama-sama dalam
mentransformasikan pengelolaan dan penggunaan pengetahuan dalam mencapai tujuan
organisasi secara terus menerus sehingga mencapai suatu kapasitas yang semakin
luas.
Manfaat penting membangun organisasi belajar adalah mampu menghadapi
tantangan perubahan dalam segala aspek lingkungan kehidupan dan menyesuaikan
diri dengan perubahan itu agar tetap bertahan dan berkembang, mencapai kinerja
yang tinggi dan memenangkan persaingan, dan memperbaiki kualitas dengan
memunculkan inovasi. Makalah ini mencoba mengupas lebih lanjut hal-hal
berkaitan dengan membangun organisasi belajar.
Penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pengajar
Mata Kuliah Kepemimpinan, Bapak Misbahudin Azzzuhri. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas terstruktur Mata Kuliah Kepemimpinan. Semoga maakalh ini
bermanfaat.
.
Malang, Maret 2013
Penulis
PENDAHULUAN
Munculnya pesaing-pesaing baru dalam ekonomi
global menuntut adanya perluasan seperangkat ketrampilan yang “hard”
(teknologi) dan “soft” (interpersonal dan komunikasi) secara seimbang.
Ketrampilan yang diidentifikasikan oleh beberapa pengarang manajemen, meliputi
manajemen informasi, sumber-sumber daya, hubungan dengan manusia, dan “self-management”.
Titik awal, sudah tentu adalah ketrampilan dasar : membaca, menulis, berhitung,
dan, yang paling penting adalah “kemampuan untuk terus-menerus belajar
sepanjang hidup” (ability to learn continuously throughout life).
Awalnya
organisasi berupaya memperbaiki produk, pelayanan, dan inovasinya melalui “continues
improvement” dan “breakthrough strategies”. Cara ini menghasilkan
konsep yang dikenal dengan nama Total Quality Management (TQM) dan Business
Process Reengineering. Namun organisasi menemukan fakta bahwa kegagalan
atau juga keberhasilan program-program tadi sangat ditentukan oleh faktor
manusia (human factors) seperti : ketrampilan, sikap dan budaya
organisasi. Belajar , Pada tingkat individual : memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan ketrampilan. Pada tingkat organisasi : mengubah persepsi, visi,
strategi, dan mengalihkan pengetahuan Pada tingkat individual dan organisasi :
penemuan dan pembaharuan – penciptaan, penjajagan pengetahuan baru, pemahaman
gagasan-gagasan baru.
Manfaat penting membangun organisasi belajar
adalah mampu menghadapi tantangan perubahan dalam segala aspek lingkungan
kehidupan dan menyesuaikan diri dengan perubahan itu agar tetap bertahan dan
berkembang, mencapai kinerja yang tinggi dan memenangkan persaingan, dan
memperbaiki kualitas dengan memunculkan inovasi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ada beberapa
definisi dari berbagai literature mengenai Organisasi Pembelajar atau yang
biasa deisebut LO. Beberapa definisi yang paling populer adalah sebagaimana
diungkapkan beberapa tokoh berikut. Senge (1990) mendefinisikan, LO adalah
proses memfasilitasi pembelajaran bagi individu atau group yang dilakukan
secara sadar dan bersama-sama dalam mentransformasikan pengelolaan dan
penggunaan pengetahuan dalam mencapai tujuan organisasi secara terus menerus
sehingga mencapai suatu kapasitas yang semakin luas. Sementara itu, Marquardt
(2002) mendefiniskan, LO adalah sebagai suatu organisasi yang belajar secara
kolektif dan bersemangat, dan terus menerus mentransformasikan dirinya pada
pengumpulan, pengelolaan, dan penggunaan pengetahuan yang lebih baik bagi
keberhasilan perusahaan.
Di sisi lain,
Garvin (1993; dikutip oleh Kreitner, 1995: 276) memiliki pandangan berbeda
dengan Senge dan Marquardt. Menurut Garvin, sebuah organisasi belajar
adalah organisasi terampil membuat, memperoleh, dan mentransfer
pengetahuan, dan untuk memodifikasi perilaku untuk mencerminkan pengetahuan dan
wawasan baru. Definisi Garvin terhadap OL mengandalkan persyaratan, bahwa suatu
organisasi harus dapat memenuhi persyaratan tersebut untuk menjadi organisasi
yang belajar.
Ketiga pendapat
tersebut di atas masing-masing memiliki perbedaan dan persamaan. Jika Marquardt
lebih menitikberatkan pada aspek OL sebagai wadah, maka Senge dan Garvin lebih
menitikberatkan kepada proses. Hanya saja, Senge lebih fokus kepada
prosessoftskill sementra Garvin lebih kepada
penguasaan hardskill dalam OL. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa OL adalah suatu wadah di mana orang-orang secara sadar melakukan proses
pembelajaran secara terus menerus atas suatu kemampuan (softskill dan
hardskill) untuk menghasilkan dan menggeneralisasikan gagasan baru dengan kuat
yang berkaitan dengan pengembangan sumbser daya individu atau kelompok dalam
organisasi sehingga tercapai tujuan bersama.
B.
Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
Peter Senge menjelaskan, bahwa body of knolwledge secara praktis,
adalah disiplin ke lima yang dalam hal ini adalah berpikir sistem (system
thinking). Kegagalan dalam organisasi, karena keempat disiplin yang ada dalam
OL belum terwadahi oleh suatu sistem. Senge dan Marquart menganggap bahwa
setiap orang mempunyai potensi yang tersembunyi yang patut untuk dibangkitkan
agar bisa berkembang dan bisa dipergunakan untuk pencapaian tujuan orangisasi
yang didalam termasuk tujuan individu sendiri.
Oleh karena itu, dalam sebuah organisasi diperlukan adanya sebuah kepemimpinan
(leadership). Leadership yang digunakan dalam OB itu adalah bukanlah orang yang
dominan dalam oragnsiasi, tetapi bagaimana dia bisa menganggap orang dalam
sebuah organisasi sebagai colega, tidak ada yang menonjol sendiri-sendiri,
tidak unik yang melebihi dari orang lain yang dapat berpikir sistem. Dalam
konteks ini, maka pemimpin menurut Senge, adalah sebagai designer,
sebagai stewardess (pelayan), teacher, dan kepemimpinan bersama
(share leadership) setiap orang bisa dilatih sebagai pemimpin.
Jika sudah
dilatih sebagai pemimpin, setiap orang menjadi pemimpin dan memiliki waktu,
maka orang tersebut akan menunjukkan kemampuannya. Hal ini dapat dianalogikan
seperti filosofi Burung Angsa (geese) membentuk huruf V dalam bermigrasi ke
suatu tempat. Siapapun di depan atau di belakang semua konsistem ke tujuannya.
Regenerasi kepemimpinan berjalan dengan baik, berjalan demikratis, kolegial.
OB mulai belajar
dari TOP pimpinan TOP-DOWN. Setiap orang perlu belajar dari OB, sehingga
diperlukan belajar dalam kelompok-kelompok yang belajar secara sistematis. Jika
hanya individunya saja yang belajar tetapi tidak ada belajar secara kelompok,
maka dipastikan bukanlah sebagai OB. Organisasi belajar dapat digambarkan
sebagai berikut: individu → kelompok → organisasi à terus-menerus.
Marquardt menyebutkan apa yang dikataknnya dengan Deutero Learning, yaitu
belajar dan mengetahui apa yang perlu dipelajari. Jika semua belajar secara
terus menerus maka akan terjadi belajar sepanjang hayat (life long learning),
maka organisasi tersebut akan sustain, bertahan, berkembang dan bersaing.
Berpikir sistem menurut Marquardt bertujuan untuk menghilangkan egosentris,
tidak ada yang menonjol. Pandangan ini tentu saja lebih luas lagi dari apa yang
diungkapkan Senge.
Akses
Informasiàsetiap orang dapat dengan mudah mendapatkan informasi-informasi,
terbuka, open management, karena informasi sangat penting maka jaringan
informasi sangat penting dalam OB. Budaya Kelembagaan yang positif
→ budaya berangkat dari prilaku menjadi kebiasaan dan kebiasaan menjadi
budaya. Iklim organisasi akan sehat jika budayanya sehat dan positif. Misalkan
karir berdasarkan Merit Sistem → karir berdasarkan prestasi dan
kemampuan. Aspirasi dan konseptualisasi bersama → setiap orang bebas
mengemukakan asprisasinya. Setiapa orang dalam organisasi selalu berpikir untuk
lebih baik dari hari ke hari, terjadi jika ia belajar → model belajar.
Inti (core) dari
kepemimpinan adalah mempengaruhi keputusan melalui proses pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan adalah proses menentukan pilihan dan
mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya. Seseorang terpengaruh dengan
keinginan kita karena pilihan kita menurut kita memiliki nilai (value) dan
fakta. Sedangkan jika tidak bisa mempengaruhi seseorang karena pilihan yang
kita berikan tidak dapat memasuki ZOA (Zona of Acceptance : value dan
fact)
Misalkan ada
beberapa pilihan A, B, C, D. kita mempengaruhi seseorang untuk memilih B dengan
resiko menghilangkan kesempatan pilihan A, C dan D. Dari pilihan B tersebut
akan memberikan konsekuensi yang dapat merubah
perilaku seseorang. Pengambilan keputusan menjadi sasaran Kepemimpinan
(core of leadership).
LEADERSHIP SKILL
|
MANAGER SKILL
|
melihat secara
horizontal (kesamping), mempengaruhi dalam konteks persuade (lebih mengarah
mental model sehingga memiliki motivasi)
|
melihat kebawah dalam
rangka mengelola bawahan dalam rangka mencapai target, mengawasi
(control)àdirect , monev,
|
Do The right thing’s
= melakukan hal-hal yang benar (berkaitan dengan value)
|
Do the things right =
melakukan hal-haldengan benar (berkaitan dengan fact)
|
Berfokus pada Long
term
|
Daily activities
(short term)
|
Menggunakan
kebijaksanaan (wisdom), lebih banyak berangkat dari hati
|
Rules àberangkat dari
rasional, lebih banyak berangkat dari otak
|
Mengajak seseorang
untk berkembang dan belajar untuk membuat orbit baru
|
Membuat seseorang
mapan tetapi tidak berkembang (orbitnya tetap)
|
Setiap orang
memiliki kedua skill tersebut, hanya harus bisa menempatkan kapan dia sebagai
manager dan kapan sebagai leader. Manager mendistribusikan otority. Orang dalam
organisasi memiliki legitimate power dari organisasi. Orang diluar organisasi
tidak memperoleh otority, legitimate power dari organisasi. OB dimulai dari
atas karena semuanya diputuskan dari atas seperti empowering, fasilitas dari
atas, pengakuan dari atas, dan sebagainya, semua berawal dari atas. Teladan
juga harus dari atas.
Ada 3 jenis gaya
kepemimpinan, yaitu: 1) otoriter (centralisasi), pengambilan keputusan lebih
banyak dilakukan di pusat daripada di daerah; 2) demokrasi (partisipasi),
follwer berpastisipasi (seimbang); dan 3) bebas. Apakah otoriter itu jelek?
Tidak juga semua tergantung kondisi (ada saatnya kita otoriter). Jika suatu
organisasi melakukan learning organisasi dan setiap orang menjadi pemimpin
sehingga ada saatnya tidak memerlukan seorang pemimpin, disanalah organisasi
tersebut bisa berinovasi dan change.
Ketika dalam
keadaan darurat, kritis dan mendesak, seorang pemimpin bisa bertindak otoriter
karena tidak memungkinkan untuk berdiskusi lagi, dan setelah masa kritis itu
lewat maka keputusan tersebut harus dievaluasi kembali. Sehingga semua gaya
kepemimpinan memiliki saatnya sendiri-sendiri. Kapan gaya itu diterapkan
sesuaikan dengan kondisi.
C. Ciri
dan Karakteristik Organisasi Belajar
Beberapa pokok pikiran penting yang mencirikan
organisasi belajar adalah :
Ø Adaptif
pada lingkungan eksternal
Ø Terus-menerus
meningkatkan kapabilitas untuk berubah
Ø Mengembangkan
kemampuan belajar secara individual dan kolektif
Ø Menggunakan
hasil belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Karakteristik Organisasi belajar menurut senge
meliputi berpikir sistem, penguasaan pribadi, pola mental, visi bersama dan
belajar beregu.Organisasi Belajar, belajar berinovasi secara terus menerus
dengan cara menempatkan perhatian pada “lima komponen”. Memang, kelimanya tidak
pernah bisa terkuasai, tetapi organisasi yang terbaik mempraktekannya secara
konstan. System Thinking : Orang dalam organisasi belajar bekerja
dalam lingkungan sistemik. Keuntungan berpikir sistem adalah kesadaran akan
keterkaitan dirinya dalam tim, keterkaitan tim dengan organisasi, keterkaitan
organisasi dengan lingkungan yang lebih luas lagi., Personal
Mastery : Dalam organisasi belajar, individu dan profesinya dipandang
sebagai faktor yang krusial untuk membawa keberhasilan organisasi. Oleh karena
itu individu tidak boleh berhenti belajar. Dia harus memiliki visi (mimpi)
pribadi, harus kreatif, dan harus komit pada kebenaran., Mental
Models : Respon atau perilaku kita atas lingkungan dipengaruhi oleh asumsi
yang ada dalam pikiran kita tentang pekerjaan dan organisasi. Kognitif. Persoalannya
muncul ketika mental kita terbatas atau bahkan tidak berfungsi, sehingga
menghalangi perkembangan organisasi.
Dalam organisasi belajar model mental menjadi
tidak terbatas, melainkan bebas dan selalu bisa berubah. Jika organisasi
menginginkan berubah menjadi organisasi belajar maka harus bisa mengatasi
ketakutan-ketakutan atau kecemasan-kecemasan untuk berpikir.,Shared
Vision : Tujuan, nilai, misi akan sangat berdampak pada perilaku dalam
organisasi, jika dibagikan dan dipahami bersama, dan dimiliki oleh semua
anggota organisasi. Gambaran masa depan organisasi merupakan juga mimpi-mimpi
indah kelompok dan individu. Visi bersama akan menghasilkan komitmen yang kokoh
dari individu ketimbang visi yang hanya datang dari atas.,Team Learning :
Tim senantiasa ada dalam setiap organisasi. Sebutannya bermacam-macam :
departemen, unit, divisi, panitia, dan lain sebagainya. Seringkali seorang
individu berfungsi di beberapa tim. Dalam organisasi individu harus mampu
mendudukan dirinya dalam tim. Dia harus mampu berpikir bersama, berdialog,
saling melengkapi, saling mengoreksi kesalahan. Individu melihat dirinya
sendiri sebagai satu unit yang tidak bisa terpisahkan dari unit lain, dan
saling tergantung.
Sedangkan karakteristik organisasi belajar
menurut Marquardt meliputi belajar semua dan terus menerus, berpikir sistem,
akses informasi, budaya kelembagaan positif, aspirasi dan konseptualisasi
bersama, menyesuaikan, memperbaharui dan meningkatkan diri. Ciri-ciri
organisasi belajar :
1. Organisasi tidak
melaksanakan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya
2. Mempunyai
kemampuan bersaing dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat dalam lingkungan
eksternalnya
3. Terus menerus
meningkatkan kemampuan dan menciptakan hasil yang sungguh-sungguh mereka
inginkan dengan pola berpikir baru dan memberikan kebebasan tumbuhnya aspirasi
kolektif
4. Belajar dilakukan oleh organisasi
secara menyeluruh, seolah-olah organisasi itu memiliki satu otak.
5. Belajar
berlangsung terus menerus dan terintegrasi dengan pekerjaan
6. Kemampuan berfikir
sistem sangat fundamental
7. Tersedianya
informasi dan sumber data yang diperlukan untuk keberhasilan organisasi
8. Berkembangnya
budaya kelembagaan yang mendukung, menghargai dan memicu belajar perorangan dan
beregu.
9. Kegiatan
dilandaskan pada aspirasi, refleksi dan konseptualisasi bersama
10. Mampu menyesuaikan
diri, memperbarui dan meningkatkan diri sebagai respon atas perubahan
lingkungan.
D. MODEL ORGANISASI TRADISIONAL VS ORGANISASI PEMBELAJAR
ORGANISASI
TRADISIONAL
n Struktur vertikal
- Tugas rutin & monoton,
tidak ada inovasi & kreatifitas
- Sistem sangat formal
- Budaya org kaku-menolak
nilai baru-lambat beradaftasi
- Strategi bersaing dg org
lain, bukan kolaborasi
ORGANISASI
PEMBELAJAR
n Struktur horizontal
- Mendorong pemberdayaan
- Sistem tim kerja mandiri
- Budaya adaptif
- Strategi relasi-membentuk jaringan kerja & kolaborasi dengan orang lain
CONTOH
Kepala Sekolah adalah
pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinanya sangat berpengaruh bahkan
sangat menentukan terhadasp kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru tugas
pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran
tertentu sedangkan kepala sekolah bertugas pokok adalah “Memimpin” guru beserta
stafnya untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan bersama.
Memimpin dan mengelola
sangat mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan karena perlu
keterampilan khusus dan pengorbanan terutam sekarang yang paling langka adalah
keteladanan seorang kepala sekolah harus menjadi suri teladan baik bagi guru
dan stafnya maupun siswa dan orangtua namun demikian kepemimpinan yang
dijalankan oleh kepala sekolah terkadang belum mencapai hasil terbaik yang
diharapkan oleh ssekolahnya, karena berbagai kendala yang dihadapi oleh kepala
sekolah terkadang juga belum dapat di atasi maksimal disebabkan profesionalisme
kepemimpinanya pada sekolah yang tidak mencapai tingkat terbaik atau dengan
kata lain “bahwa jika kepemimpinan kepala sekolah kuat, maka sekolah pun akan
menjadi efektif, namun tanpa hal itu, maka sekolah tidak akan efektif.
Selain itu, kewnyataan saat ini,
yang sering kali dihadapi oleh kepala sekolah salah satu kendalanya adalah
bahwa kurangnya pengetahuan khusus tentang keterampilan yang kepala sekolah
perlukan untuk tetap menjadi pemimpin yang efektif, ketika banyak kepala
sekolah menghadapi perubahan dramatis dalam menjalankan perannya. Kepala
sekolah merupakan bagian dari pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan
tenaga kependidikan memegang peran yang
sangat strategis, terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan
potensi peserta didik.
E. Langkah-langkah
Membangun OB
Hal yang penting
dalam membangun OB adalah komitmen bersama menjadi OB. Dalam hal ini harus
mendorong birokarasi dan merampingkan struktur. Birokrasi à terkait dengan
tugas dalam fungsi, tatakelola OB secara baik. Birokrasi tidak bagus jika
terjadi disfungsi sehingga tujuan tidak tercapai. Mendorong birokrasi menjadi
selayaknya dan merampingkan struktur artinya
mengarahkan flat organisasi bukan tall organisasi, ahli dan
mengetahui apa yang dikerjakan. Hal yang penting adalah kooerdinasi dan
monitoring.
Empowering → Memeberikan
pengetahuan, kemampuan dan kesempatan belajar lebih lanjut dan
memfasilitasi, memberikan sumberdaya lain dalam memberdayakan skill yang
dimiliki, dan memberikan reward. Reward dalam hal ini tidak dalam bentuk uang
financial atau materi semata, tetapi idelaisme juga bisa dianggap reward. Dalam
konteks ini, maka pemimpin tidak harus lebih pintar dari anggota
organisasinya. Masing-masing organisasi memiliki nilai (value) dan ada kode
etik dalam setiap organisasi dan harus taat dengan kode etik tersebut. Jika
tidak menjaga komitmen, maka mereka telah melanggar kesepakatan. Tujuan adanya
kode etik agar organisisi tersebut mampu bersaing, dan berkembang serta
survive.
Tujuan
keberhasilan transpormasi untuk menjadi OB, adalah:
1) Membangun keinginan/kebutuhan kuat
menjadi OB;
2)
Membentuk koalisi yang kuat mendorong OB bersinergi, memadukan kesamaan antar
organisasi diibaratkan seperti diagram venn (irisan) menggabungkan
kesamaan didalam perbedaan untuk menghasilkan kekuatan baru (added value);
3) Merumuskan visi OB;
4) Mengemunikasikan dan mewujudkan visi;
5)
Menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi usaha-usaha mewujudkan visi
baru OB (birokrasi, persaingan, kontrol, komunikasi, kepemimpinan, hirarki).
Jika birokrasi menghabat OB maka birokrasi yang diperbaiki, persaingan yang
sehat, kontrol → tanggung jawab, komunikasi → komunikasi yang tidak
bertanggungjawab (gosip), hirarkià pembagian tugas dan tanggung jawab;
6) Menciptakan hasil-hasil jangka
pendek;
7)
Mengonsolidasikan kemajuan yang diperoleh dan dorong untuk terus maju;
8)
Menanamkan perubahan dalam budaya organisasi.
Faktor-faktor
pendukung OB, adalah:
1) tuntutan lingkungan;
2) kesenjangan kinerja;
3) perhatian terhadap pengukuran;
4) pola pikir bereksperimen;
5) iklim keterbukaan;
6) pendidikan berkelanjutan; dan
7) keragaman kegiatan.
F. Transisi
Menuju OB
Marquardt
menggambarkan OB seperti kupu-kupu yang penuh kekuatan (powerfull), bukan
seperti ulat → organisasi yang tidak atau lamban belajar. OB layaknya
kupu-kupu yang berasal dari kepompong → reforming, reengineering,
restructuring, refocusing.
Learning berada
di tengah-tengah karena tanpa belajar semua tidak akan berjalan. Adaptif
learning → belajar merefleksikan pengalaman sebelumnya kemudian
memodifiksinya untuk tindakan yang akan datang = parsial
learning. Anticipatory learning → belajar mengantisipasi apa yang
akan dihadapi. Action learning →learning by doing. Self directed
learning → berupaya bagaimana caranya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Deutero → learn how to learn → anticipatory.
SIMPULAN
Ada
beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari materi Kepemimpinan dan Organisasi
Pembelajar, antara lain:
·
Organisasi pembelajar
merupakan memfasilitasi pembelajaran bagi individu atau group yang dilakukan
secara sadar dan bersama-sama dalam mentransformasikan pengelolaan dan
penggunaan pengetahuan dalam mencapai tujuan organisasi secara terus menerus
sehingga mencapai suatu kapasitas yang semakin luas.
·
Pemimpin dalam
Organisasi Pembelajar bukanlah orang yang melakukan dominasi dalam oraganisiasi,
tetapi bagaimana dia bisa menganggap orang dalam sebuah organisasi sebagai
colega, tidak ada yang menonjol sendiri-sendiri, tidak unik yang melebihi dari
orang lain yang dapat berpikir sistem.
·
Karakteristik organisasi
belajar dapat meliputi belajar semua dan terus menerus, berpikir sistem, akses
informasi, budaya kelembagaan positif, aspirasi dan konseptualisasi bersama,
menyesuaikan, memperbaharui dan meningkatkan diri.
·
Organisasi tradisional
dan organisasi pembelajar memiliki perbedaan yang sangta mencolok, hal ini
dapat dinilai dari sistem yang diterapkan dimana organisasi pembelajar lebih
berpotensi dalam mendukung pengembangan diri.
BIBLIOGRAFI
Marquardt, Michael
J. 2002. Building The Learning
Organization: Mastering The 5 Elements for Corporate Learning, 2nd Edition,
CA: Davies-Black Publishing.
Senge, P.M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice
of the Learning Organization. New York: Doubleday Currency.
Kreitner,
R. 1995. Management (6th
ed.). Boston: Houghton Company.
Djumahir. 2012 (online). Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajar (http://djumahirfeb.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/Organisasi-Kepemimpinan-dan-Organisasi-Pembelarl=en).
Diakses 10 Maret 2013
Sri Dwi Ari Ambarwati.
2003. Mengelola Perubahan Organisasional : Isu Peran Kepemimpinan
Transformasional dan Organisasi Pembelajaran dalam Konteks Perubahan(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:RGHQ4EerXP8J:journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article/view/1012/943+kepemimpinan+dan+organisasi+pembelajar&hl=en).
Diakses 10 Maret 2013