| |
|
| | |
| | |
|
|
|
|
► e-ti
|
|
|
Nama: Taufiq Ismail Lahir: Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935 Agama: Islam Isteri: Esiyati Ismail (Ati) Anak: Abraham Ismail Ayah: KH Abdul Gaffar Ismail (almarhum) Ibu: Timur M Nur
Pendidikan: - Sekolah Rakyat di Semarang - SMP di Bukittinggi, Sumatera Barat - SMA di Pekalongan, Jawa Tengah - SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS - Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI, Bogor, 1963
Karir: - Penyair - Pendiri majalah sastra Horison (1966) - Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (1968) - Redaktur Senior Horison dan kolumnis (1966-sekarang) - Wakil General Manager Taman Ismail Marzuki (1973) - Ketua Lembaga Pendidikan dan Kesenian Jakarta (1973-1977) - Penyair, penerjemah (1978-sekarang)
Kegiatan Lain: - Dosen Institut Pertanian Bogor (1962-1965) - Dosen Fakultas Psikologi UI (1967) - Sekretaris DPH-DKI (1970-1971) - Manager Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978) - Ketua Umum Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1985)
Karya: - Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.) - Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970) - Tirani (1966) - Puisi-puisi Sepi (1971) - Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971) - Buku Tamu Museum Perjuangan (1972) - Sajak Ladang Jagung (1973) - Puisi-puisi Langit (1990) - Tirani dan Benteng (1993) - Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999)
Penghargaan: - American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57) - Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970 - SEA Write Award (1997)
Alamat Rumah: Jalan Utan Kayu Raya No. 66 E, Jakarta Timur 13120 Telepon (021)8504959, 881190
Alamat Kantor:Jalan Bumi Putera 23, Jakarta Timur
|
|
|
|
|
|
|
Taufiq Ismail
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Penyair penerima Anugerah Seni Pemerintah RI (1970) yang menulis Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999), ini lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935. Pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian Jakarta (1968) ini berobsesi mengantarkan sastra ke sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi.
Taufiq Ismail, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963, sekarang Institut Pertanian Bogor. Selain telah menerima Anugerah Seni Pemerintah RI juga menerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57).
Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis. Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan, antara lain: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.), Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970), Tirani (1966), Puisi-puisi Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), Buku Tamu Museum Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1973), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).
Selain itu, bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad, Taufiq menerjemahkan karya penting Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam. Sedangkan bersama D.S. Moeljanto, salah seorang seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan, menyunting Prahara Budaya (1994).
Taufiq sudah bercita-cita jadi sastrawan sejak masih SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Kala itu, dia sudah mulai menulis sajak yang dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Dia memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehingga dia sejak kecil sudah suka membaca.
Kegemaran membacanya makin terpuaskan, ketika Taufiq menjadi penjaga perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan. Sambil menjaga perpustakaan, dia pun leluasa melahap karya Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, sampai William Saroyan dan Karl May. Dia tidak hanya membaca buku sastra tetapi juga sejarah, politik, dan agama.
Kesukaan membacanya, tanpa disadari membuatnya menjadi mudah dan suka menulis. Ketertarikannya pada sastra semakin tumbuh tatkala dia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS. Dia mendapat kesempatan sekolah di situ, berkat beasiswa program pertukaran pelajar American Field Service International Scholarship. Di sana dia mengenal karya Robert Frost, Edgar Allan Poe, Walt Whitman. Dia sanga menyukai novel Hemingway The Old Man and The Sea.
Namun setelah lulus SMA, Taufiq menggumuli profesi lain untuk mengamankan urusan dapur, seraya dia terus mengasah kemampuannya di bidang sastra. Dia juga kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia di Bogor, lulus 1963. Semula dia berobsesi menjadi pengusaha peternakan untuk menafkahi karir kepenyairannya, namun dengan bekerja di PT Unilever Indonesia, dia bisa memenuhi kebutuhan itu.
Taufiq menikah dengan Esiyati tahun 1971. Mereka dikaruniai satu anak, yang diberinya nama: Abraham Ismail. Dia sangat bangga dengan dukungan isterinya dalam perjalanan karir. Esiyati sangat memahami profesi, cita-cita seorang sastrawan, emosi sastrawan, bagaimana impuls-impuls seorang sastrawan.
Taufiq bersama sejumlah sastrawan lain, berobsesi memasyarakatkan sastra ke sekolah-sekolah melalui program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab”. Kegiatan ini disponsori Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.
Taufiq sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan puisi, di antaranya: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.); Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970); Tirani (1966); Puisi-puisi Sepi (1971); Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971); Buku Tamu Museum Perjuangan (1972); Sajak Ladang Jagung (1973); Puisi-puisi Langit (1990); Tirani dan Benteng (1993); dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).
Dia pun sudah menerima penghargaan: - American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57); - Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan - SEA Write Award (1997) ►e-ti/tsl (dari berbagai sumber, di antaranya pusat data dan analisa tempo)
==============================
Karya Taufiq
Takut 66, Takut 98 12 MEI 1998 Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu sedan Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat- sahabatmu beribu menderu-deru, Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad duapuluh satu Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani mengukir alfabet pertama dari kata reformasi-damai dengan darah arteri sendiri, Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang matahari tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi, Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan
Republika, 16 Agustus 1998 Sajak-sajak Reformasi Indonesia Taufik Ismail
TAKUT 66, TAKUT 98 Oleh : Taufiq Ismail
Mahasiswa takut pada dosen Dosen takut pada dekan Dekan takut pada rektor Rektor takut pada menteri Menteri takut pada presiden Presiden takut pada mahasiswa 1998 Republika Online edisi : 07 Juni 1998 1999
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|