Tampilkan postingan dengan label poem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label poem. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Juni 2012

UNGKAPAN RASA


Ketika seseorang berani mengungkapkan rasanya , maka percayalah saat itu dia sedang berperang hidup dan mati di dalam jiwanya .

Disaat seseorang mencoba bersabar dan memendam rasanya ketahuilah , dia seakan memikul seribu gunung yang berisi emas sejati .

Di waktu seseorang mencoba masuk dan mengisi hati orang yang di cintainya dan ia tidak di beri kesempatan yakin lah saat itu dia sedang berada di ujung kematian dalam hidupnya.

Dikala seseorang menitikan air mata tuk orang yang dicintai sesungguhnya orang itu merupakan cinta sejati tuk orang yang di tangisinya , dan percaya atau tidak sesungguhnya dialah satu-satunya orang yang benar-benar peduli akan hidupmu !

Original by siti zulaikha

IJINKAN AKU MENANGIS



Kini.. kau pergi jauh ..
hingga tanganku tak mampu memelukmu..
kakiku.. tak mampu mengejarmu!
mataku.. tak mampu menatapmu!
teriak panggilku.. tak mampu kau dengar!

ijinkan aku menangis ya..
biarlah airmata ini jadi samudra
mengantarku berenang mencarimu

"tapi.. SURGA itu ada dilangit?"

Senin, 20 Desember 2010

DAHSYATNYA CINTA



Pernahkah Anda merasakan
bahwa Anda mencintai seseorang,
Meski Anda tahu cinta anda takkan berbalas,
tapi Anda tetap mencintainya?
Pernahkah Anda merasakan,
bahwa Anda sanggup melakukan apa saja
demi seseorang yang Anda cintai,
meski Anda tahu ia takkan pernah peduli?
Atau pun ia peduli dan mengerti,
tapi ia tetap pergi?
Pernahkah Anda merasakan…
Dahsyatnya Cinta… !!!
tersenyum kala terluka, menangis kala bahagia,
bersedih kala bersama, tertawa kala berpisah !
Saya pernah tersenyum kala terluka…
karena Saya yakin,
bahwa Allah pasti akan memberikan yang lebih terbaik untukku.
Saya pernah menangis kala bahagia…
karena Saya khawatir kebahagiaan ini,
hanya sebuah kesemuan yang ditunggangi oleh hawa nafsu belaka.
Saya pernah bersedih kala bersama…
karena Saya takut,
Allah belum tentu menjadikan dia untukku.
Dan, Saya juga pernah tertawa kala berpisah…
Karena saya yakin inilah jalan yang terbaik dari-Nya
(Puisi Dari Mutiara Hati bukan buatan saya :-D )
Kalau kata Kang Abik dalam bukunya berkata, Ketika Cinta maka Bertasbih
Kemudian kata Ka Ade, Bagaimana Jika cinta sudah Enggan untuk bertasbih?
Dua hal yang berlawanan karena Cinta-Nya dan Nafsu
Sungguh tak ada yang abadi, bahkan kebahagian yang sedang kita genggam hanya menunggu waktu pasti akan terlepas, dan bahagia yang entah masih dimana, mungkin akan tiba tiba menjadi milik kita. Hanya Allah yang Maha Mengetahui dan hanya Cinta Nya lah yang haqiqi :-D


Selasa, 20 Oktober 2009

CINTA

Tuhan....
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Tuhan.....
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati Mu
Agar kerinduanku terhadap - Mu semakin menjadi

Tuhan.......
Jika aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencinatai - Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada - Mu

Tuhan......
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku pada - Mu

Tuhan....
Ketika aku berucap aku cinta pada - Mu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada - Mu
Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena - Mu

Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukanlah apa - apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah beratti
Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya

Sabtu, 17 Oktober 2009

SITI ZULAIKHA

Sebuah nama sebuah cerita dari ayah dan bunda
Indah tak berarti intan
Tetap bersahaja tetap rupawan
Ilmu diasanya demi sang Khalik sang Maha Pencipta

Zaada rafi’ la tanzil
Untuk kemuliaan demi kesempurnaan
Lahiriyah dan batiniah
Aby.. umy..
Insya Allah dalam umur yang berpacu tumbuh
Ku kan terus berjuang untukmu
Hingga  
Akhir hayatku..

TAUFIQ ISMAIL




http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/t/taufiq-ismail/taufiq_ismail.jpg


► e-ti


Nama:
Taufiq Ismail
Lahir:
Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935
Agama:
Islam
Isteri:
Esiyati Ismail (Ati)
Anak:
Abraham Ismail
Ayah:
KH Abdul Gaffar Ismail (almarhum)
Ibu:
Timur M Nur

Pendidikan:
- Sekolah Rakyat di Semarang
- SMP di Bukittinggi, Sumatera Barat
- SMA di Pekalongan, Jawa Tengah
- SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS
- Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI, Bogor, 1963

Karir:
- Penyair
- Pendiri majalah sastra Horison (1966)
- Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (1968)
- Redaktur Senior Horison dan kolumnis (1966-sekarang)
- Wakil General Manager Taman Ismail Marzuki (1973)
- Ketua Lembaga Pendidikan dan Kesenian Jakarta (1973-1977)
- Penyair, penerjemah (1978-sekarang)

Kegiatan Lain:
- Dosen Institut Pertanian Bogor (1962-1965)
- Dosen Fakultas Psikologi UI (1967)
- Sekretaris DPH-DKI (1970-1971)
- Manager Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978)
- Ketua Umum Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1985)

Karya:
- Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.)
- Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970)
- Tirani (1966)
- Puisi-puisi Sepi (1971)
- Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971)
- Buku Tamu Museum Perjuangan (1972)
- Sajak Ladang Jagung (1973)
- Puisi-puisi Langit (1990)
- Tirani dan Benteng (1993)
- Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999)

Penghargaan:
- American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57)
- Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970
- SEA Write Award (1997)

Alamat Rumah:
Jalan Utan Kayu Raya No. 66 E, Jakarta Timur 13120 Telepon (021)8504959, 881190

Alamat Kantor:Jalan Bumi Putera 23, Jakarta Timur



 



 


http://tokohindonesia.com/timenu/dsgimages/banner-mpt.gif

Taufiq Ismail
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Penyair penerima Anugerah Seni Pemerintah RI (1970) yang menulis Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999), ini lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935. Pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian Jakarta (1968) ini berobsesi mengantarkan sastra ke sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Taufiq Ismail, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963, sekarang Institut Pertanian Bogor. Selain telah menerima Anugerah Seni Pemerintah RI juga menerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57).

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis. Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan, antara lain: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.), Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970), Tirani (1966), Puisi-puisi Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), Buku Tamu Museum Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1973), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).

Selain itu, bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad, Taufiq menerjemahkan karya penting Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam. Sedangkan bersama D.S. Moeljanto, salah seorang seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan, menyunting Prahara Budaya (1994). 

Taufiq sudah bercita-cita jadi sastrawan sejak masih SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Kala itu, dia sudah mulai menulis sajak yang dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Dia memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehingga dia sejak kecil sudah suka membaca.

Kegemaran membacanya makin terpuaskan, ketika Taufiq menjadi penjaga perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan. Sambil menjaga perpustakaan, dia pun leluasa melahap karya Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, sampai William Saroyan dan Karl May. Dia tidak hanya membaca buku sastra tetapi juga sejarah, politik, dan agama.

Kesukaan membacanya, tanpa disadari membuatnya menjadi mudah dan suka menulis. Ketertarikannya pada sastra semakin tumbuh tatkala dia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS. Dia mendapat kesempatan sekolah di situ, berkat beasiswa program pertukaran pelajar American Field Service International Scholarship. Di sana dia mengenal karya Robert Frost, Edgar Allan Poe, Walt Whitman. Dia sanga menyukai novel Hemingway The Old Man and The Sea.

Namun setelah lulus SMA, Taufiq menggumuli profesi lain untuk mengamankan urusan dapur, seraya dia terus mengasah kemampuannya di bidang sastra. Dia juga kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia di Bogor, lulus 1963. Semula dia berobsesi menjadi pengusaha peternakan untuk menafkahi karir kepenyairannya, namun dengan bekerja di PT Unilever Indonesia, dia bisa memenuhi kebutuhan itu.

Taufiq menikah dengan Esiyati  tahun 1971. Mereka dikaruniai satu anak, yang diberinya nama: Abraham Ismail. Dia sangat bangga dengan dukungan isterinya dalam perjalanan karir. Esiyati sangat memahami profesi, cita-cita seorang sastrawan, emosi sastrawan, bagaimana impuls-impuls seorang sastrawan.

Taufiq bersama sejumlah sastrawan lain, berobsesi memasyarakatkan sastra ke sekolah-sekolah melalui program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab”. Kegiatan ini disponsori Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.

Taufiq sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan puisi, di antaranya: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.); Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970); Tirani (1966); Puisi-puisi Sepi (1971); Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971); Buku Tamu Museum Perjuangan (1972); Sajak Ladang Jagung (1973); Puisi-puisi Langit (1990); Tirani dan Benteng (1993); dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).
 
Dia pun sudah menerima penghargaan: - American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57); - Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan - SEA Write Award (1997) ►e-ti/tsl (dari berbagai sumber, di antaranya pusat data dan analisa tempo)

==============================

Karya Taufiq

Takut 66, Takut 98
12 MEI 1998
Empat syuhada berangkat pada suatu
malam, gerimis air mata
tertahan di hari keesokan, telinga kami
lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu sedan
Mereka anak muda pengembara tiada
sendiri, mengukir reformasi
karena jemu deformasi, dengarkan saban
hari langkah sahabat-
sahabatmu beribu menderu-deru,
Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom
abad duapuluh satu
Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi
kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena
kalian berani mengukir
alfabet pertama dari kata reformasi-damai
dengan darah
arteri sendiri,
Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk
di bawah garang
matahari tak mampu mengibarkan diri
karena angin lama
bersembunyi,
Tapi peluru logam telah kami patahkan
dalam doa bersama, dan kalian
pahlawan bersih dari dendam, karena jalan
masih jauh
dan kita perlukan peta dari Tuhan

Republika,
16 Agustus 1998
Sajak-sajak Reformasi Indonesia
Taufik Ismail


TAKUT 66, TAKUT 98
Oleh :
Taufiq Ismail
 
Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa
1998
Republika Online edisi : 07 Juni 1998 1999
 
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Sabtu, 10 Oktober 2009

RASA ITU

Bagai badai yang menghantam karang
Bagai rumput yang menanti tetesan embun
Terkoyak hatiku menangisi senyummu
Senyum itu bukan untukku lagi
Senyum itu tak pernah jadi milikku lagi
Sudah , sudah ! hentikan itu semua,
Biarkan aku tetap di sini !
Tegar dalam ketipan hati
Rebah dalam air mata syahduku
Biarkan aku tetap di sini
Sendiri dalam kekosongan jiwa
Tertawa dalam dingin setapa