1.
Barang Konsumsi
Barang konsumsi ialah yaitu barang yang dipakai secara langsung atau tidak
langsung oleh konsumen untuk keperluan pribadi atau rumah tangga yang bersifat sekali habis atau barang yang dibeli untuk
konsumsi akhir.
Penggolongan
barang konsumsi 0leh Hector Lazo, MBA, Ph.D., dalam bukunya Marketing yaitu:
·
Barang tahan lama (Durable goods). Barang tahan lama
merupakan barang berwujud yang biasanya dapat bertahan lama dengan banyak
pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah 1 tahun atau lebih).
Contohnya antara lain adalah televisi, lemari es, mobil, komputer, dan
lain-lain. Umumnya jenis barang ini membutuhkan personal
selling dan pelayanan
yang lebih banyak daripada barang tidak tahan lama, memberikan keuntungan yang
lebih besar, dan membutuhkan jaminan atau garansi tertentu dari penjualnya.
·
Barang tidak tahan
lama (Non-Durable goods). Barang tidak tahan
lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi
pemakaian normal kurang dari 1 tahun. Contohnya adalah sabun, minuman dan
makanan ringan, kapur tulis, gula, dan garam. Oleh karena barang ini dikonsumsi
dengan cepat (dalam waktu singkat) dan frekuensi pembeliannya sering terjadi,
maka strategi yang paling tepat adalah menyediakannya di banyak lokasi,
menerapkan mark-up yang kecil, dan mengiklankannya secara
gencar untuk merangsang orang agar mencobanya dan sekaligus untuk membentuk
preferensi.
·
Barang jasa (service goods). Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau
kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon
kecantikan, kursus, hotel, lembaga pendidikan dan lain-lain (Kotler, 1997 : 54
).
Selain itu, produk umumnya
juga diklasifikasikan berdasarkan siapa pelanggannya dan untuk apa produk
tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi
barang konsumen (consumer’s
goods) dan barang industri (industrial’s
goods).
Hector Lazo membagi
lagi barang-barang tersebut di atas menjadi:
·
Convenience goods
·
Shopping goods
·
Specialty goods
Kotler (2000:397),
membedakan klasifikasi barang konsumsi sebagai berikut:
·
Convenience goods
·
Shopping goods
·
Specialty goods
·
Barang yang tidak dicari (Unsought goods).
Barang
konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan pelanggan akhir
sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang
pelanggan dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
1.1 Convenience goods
Convinience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian yang
tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan
usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya.
Contohnya antara lain rokok, sabun, pasta gigi, baterai, permen, dan surat
kabar. Convinience goods sendiri masih dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Staples adalah
barang yang dibeli konsumen secara reguler
atau rutin, misalnya sabun mandi dan pasta gigi.
2. Impulse goods merupakan
barang yang dibeli tanpa perencanaan terlebih dahulu ataupun usaha-usaha
mencarinya. Biasanya Impulse goods tersedia dan dipajang di
banyak tempat yang tersebar, sehingga konsumen tidak perlu repot-repot
mencarinya. Contohnya permen, coklat, majalah.
3. Emergency goods adalah barang yang dibeli bila suatu kebutuhan dirasa sangat
mendesak, misalnya payung dan jas hujan di musim hujan.
1.2 Shopping goods
Shopping goods adalah barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya konsumen
bersedia membuang waktunya untuk memilih-milih. Untuk membeli barang ini
biasanya telah direcnsakan lebih dulu. Kriteria perbandingan tersebut meliputi
harga, kualitas, dan model masing-masing barang. Contohnya alat-alat rumah
tangga, pakaian, dan furniture. Shopping goods terdiri
atas dua jenis, yaitu :
1. Homogeneous shopping goods merupakan barang-barang yang oleh konsumen
dianggap serupa dalam hal kualitas tetapi cukup berbeda dalam harga. Dengan
demikian konsumen berusaha mencari harga yang termurah dengan cara
membandingkan harga di satu toko dengan toko lainnya. Contohnya adalah tape
recorder, TV, dan mesin cuci.
2. Heterogeneous shopping goods adalah barang-barang yang aspek karakteristik
atau ciri-cirinya (features) dianggap lebih penting oleh konsumen
daripada aspek harganya. Dengan kata lain, konsumen mempersepsikannya berbeda dalam
hal kualitas dan atribut. Contohnya perlengkapan rumah tangga, mebel, dan
pakaian.
1.3 Specialty goods
Specialty goods adalah barang-barang
yang memiliki karakteristik dan / atau identifikasi merek yang unik dimana
sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Umumnya specialty
goods terdiri atas
barang-barang mewah dengan merek dan model spesifik, seperti mobil Lamborghini,
kamera Nikon, dan lain-lain.
1.4 Unsought goods
Unsought goods merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun
sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Ada
dua jenis unsought goods, yaitu :
1. Regularly unsought goods adalah barang-barang yang sebetulnya sudah ada
dan diketahui konsumen, tetapi tidak terpikirkan untuk membelinya. Contohnya
ensiklopedia, asuransi jiwa, batu nisan, tanah kuburan.
2. New unsought goods adalah barang yang benar-benar baru dan sama sekali belum diketahui
konsumen. Jenis barang ini merupakan hasil inovasi dan pengembangan produk
baru, sehingga belum banyak konsumen yang mengetahuinya.
Sedangkan yang termasuk dalam klasifikasi barang
industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (pelanggan
antara / pelanggan bisnis) untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain
kemudian dijual kembali (oleh produsen) ataupun untuk dijual kembali (oleh
pedagang) tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi).
Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan
peranannya dalam proses produksi dan biaya relatif. Ada tiga kelompok barang industri
yang dapat dibedakan (Kotler, 2000 : 397), yaitu Materials and parts, capital
items, dan supplies and services.
2.
Barang Produksi
Kita harus membedakan barang konsumsi dengan barang
industri. Barang konsumsi ialah barang yang digunakan konsumen dan rumah tangga
individual untuk konsumsi akhir. Sedangkan barang-barang industri adalah barang
yang dipergunakan untuk memproduksi atau dalam hal menjalankan perusahaan atau
lembaga pemerintah atau lembaga swasta.
Seperti dikatakan Rayburn D. Tourley sebagai
berikut yang artinya: barang konsumen
ialah barang yang digunakan untuk konsumsi ialah barang yang digunakan untuk
konsumsi akhir oleh individu atau rumah tangga, sedangkan barang industri ialah
barang yang digunakan untuk memproduksi atau digunakan untuk keperluan kegiatan
perusahaan dan kantor pemerintah atau swasta.
Seperti dikatakan William J. Stanton dalam Fundamental
of Marketing menyatakan bahwa barang industri jelas berbeda dengan barang
konsumsi didasarkan atas tujuan penggunaanya. Barang industri ialah barang yang
digunakan untuk membuat barang baru, atau digunakan untuk menjalankan atau
untuk keperluan kantor atau lembaga.
Klasifikasi barang-barang industri.
Barang industri ini dapat diklasifikasikan atas 5
kelompok:
1. Bahan baku (raw
material), bahan ini akan diproses dan digabung dengan barang-barang lain.
Contohnya, hasil hutan, bahan tambang, tembakau, buah-buahan, dan sebagainya
2. Material dan onderdil (fabricating material and parts). Contohnya plat-plat belanja,
benang, tepung yang akan digunakan untuk membuat produksi baru.
3. Installations, yaitu hasil dari pabrik lain, yang akan digunakan
untuk produksi selanjutnya. Misalnya generator pembangkit listrik, mesin
diesel, bangunan pabrik, dan sebagainya.
4. Perlengkapan (accessory
equipment), ini digunakan dalam operasi perusahaan, dan tidak ada hubungan
langsung dengan hasil produksi misalnya chas register untuk toko, alat-alat
transpor mengangkat barang dalam gudang.
5. Barang –barang yang digunakan untuk operasi perusahaan
(operating supplies) seperti minyak
pelumas, pensil dan alat tulis buat kantor, sabun dan alat pembersih buat
pabrik, dan sebagainya.
3.
Konsumen Barang Industri
Pembeli barang industri
dimotivasi oleh berbagai unsur, seperti pertimbangan keuangan yang tersedia,
tujuan memeperoleh keuntungan jumlah yang dibutuhkan dan perhitungan harga
pokok barang. Semua ini dilakukan penuh perhitungan. Pertimbangan lain yang
mempengaruhi konsumen ialah masalah kualitas, pelayanan dan harga.
Ada kalanya pembeli mau
membayar tambahan ekstra untuk
memperoleh kualitas tertentu, agar tujuan produksinya tercapai seperti yang
direncanakan dan tidak mau membeli bahan lain yang mutunya lebih rendah bahan
kualitas tinggi tersebut mereka perlukan kadang-kadang untuk meningkatkan daya
pakai barang atau meninggukan mutu barang yang merupakan ciri khas produknya.
Pertimbangan untuk memilih
calon penjual dari mana barang akan dibeli oleh konsumen ialah, kemampuan
penjual untuk menyediakan barang secara kontinue dalam bentuk onderdil, bahan
dan mutu yang sama
·
Pelayanan
Perusahaan,
pemerintah dan lembaga lainnya memerlukan berbagai pelayan dalam membeli
barang. Pelayanan yang mereka perlukan ialah yang menyangkkut masalah teknik,
kemudahan mengganti onderdil yang rusak, pengiriman, berbagai macam informasi,
dan sebagainya.
·
Harga
Para
pembeli barang industri sering kali mempertimbangkan masalah harga, karena
dalam pemakaian barang itu banyak terjadi bahan terbuang, biaya memproses,
biaya kerusakkan, dan sebagainya.
·
Penghematan
Konsumen
kadang-kadang mencari penghematan dari bahan yang dipakai. Seperti pengganti
bahan yang biasa ia pakai dengan bahan lainnya, bila bahan tersebut, mudah
proses pengerjakkannya, tidak membahayakan, mudah diangkut akan mendatangkan
penghematan.
·
Karakteristik
Konsumen
Karakteristik
konsumen barang industri dibedakan atas berbagai tipe organisasi pembeli, besar
distribusinya, lokasi geografisnya.
·
Populasi
Pembeli
Jumlah
pembeli barang industri sangat terbatas, dibandingkan dengan barang konsumsi.
Akan tetapi kualitas yang mereka beli sangat banyak.
4.
Pasar barang industri atau Pasar
Bisnis
Ada dua
pasar barang industri yaitu:
1. Original
market, yaitu pasar
yang sebenarnya, diarahkan ke pemakai-pemakai industri untuk dipakai membuat
barang baru atau membantu dalam proses pekarjaan, misalnya pabrik mobil membeli
ban dari pabrik ban mobil.
2. Replacement
Market, yaitu
diarahkan kepada para konsumen, yang ingin mengganti barang yang sudah tua,
seperti membeli aki mobil untuk mengganti aki yang sudah habis, demikian pula
hanyalah dengan membeli ban, onderdil, dan sebagainya.
Ada
perbedaan lain antara barang industri dan barang konsumen.
Barang industri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Pasar
barang industri ini secara geografis dikonsentrir dalam beberapa daerah yang
terbatas. Pembeli dari barang-barang industri-industri yang letaknya sudah
dipusatkan pada suatu tempat.
2.
Pembeli-pembeli
prespektif sangat terbatas jumlahnya. Suatu kenyataan bahwa pembeli
barang-barang industri hanya beberapa saja jumlahnya bila dibandingkan dengan
pembeli barang-barang konsumsi. Contohnya perusahaan mobil membeli
onderdil-onderdil mobil sebagai assembling hanya beberapa perusahaan saja
tetapi yang membeli barang atau mobil sebagai barang konsumen bukan main
banyaknya.
3.
Pembeli
secara induvidual besar jumlahnya. Order yang dilakukan oleh industri-industri
biasanya dalam jumlah yang besar. Pembelian yang paling kecilpun dari barang
industri ini tetap akan jauh lebih besar dari pada pembelian yang dilakukan
terhadap barang konsumsi.
4.
Pertimbangan-pertimbangan
teknis sangat menentukan. Ini sangat penting sebab barang-barang industri
dibeli untuk diolah lebih lanjut. Barang yang dibeli itu harus cocok untuk
tujuan penggunaannya.
5.
Permintaanya
di pengaruhi oleh permintaan barang-barang konsumsi, karena barang-barang
industri ini digunakan untuk membuat barang-barang konsumsi, maka berubahnya permintaan
terhadap barang konsumsi akan mempengaruhi pula permintaan terhadap
barang-barang industri.
Pasar barang industri ini
oleh Philip Kotler disebutnya pasar bisnis sebagai lawan dari pasar konsumen
(akhir). Pasar bisnis adalah semua organisasi atau industri yang mendapat
barang dan jasa yang digunakan untuk memproduksi barang lain.
Ciri-ciri pasar bisnis
yaitu :
1.
Pembeli
tidak banyak, hanya beberapa pabrikkan saja yang membeli.
2.
Volume
pembelanjaan banyak, sesuai dengan kapasitas produk yang akan dibuat, dan juga
untuk persediaan.
3.
Hubungan
pemasok dan pelanggan sangat erat, mereka sudah saling mengenal secara baik dan
komunikasi lancar.
4.
Membeli
terkonsentrasi secara geografis, ada lokasi tertentu untuk industri, seperti
dikawasan imdustri (real estate).
5.
Permintaan
turunan (derived demand), permintaan akan bahan baku bertambah apabila ada
tambahan permintaan pada barang-barang jadi.
6.
Permintaan
tidak elastis. Sebab harga tidak banyak pengaruhnya, tetapi sangat berpengaruh
terhadap permintaan ini ialah situasi permintaan terhadap hasil produksinya
(ini yang disebut derived demand).
7.
Pembeli
yang profesional. Dibutuhkan tenaga ahli yang menilai barang-barang yang akan
dibeli.
8.
Banyak
orang yang terlibat untuk satu pembeliaan bisnis.
9.
Pembelian
sering bersifat langsung dari pabrik yang mengasilkan barang tersebut.
10. Sering berlaku taktik imbal beli.
Artinya si pemasok bahan juga membeli hasil produksi perusahaan yang membeli
bahan.
Para pembeli dalam pasar
bisnis ini ialah organisasi-organisasi baik organisasi pemerintah, maupun non
pemerintah. Pembelian oleh organisasi ini misalnya pembelian yang dilakukan
kantor pemerintah, atau kantor perusahaan yang memerlukan perabot kantor,
kursi, meja, peralatan komputer, dan sebagainya. Mereka selalu mencari barang
sesuai dengan spesifikasi kebutuhan mereka, dan juga menetapkan pihak pemasok
yang saling menguntungkan.
Orang-orang yang termasuk
dalam kelompok buying center antara lain:
1.
Initiators, yaitu orang yang memiliki ide,
merencanakan kebutuhan akan barang dan jasa buat organisasi.
2.
Users, yaitu orang atau bagian yang akan
menggunakan barang tersebut, misalnya bagian-bagian dalam suatu organisasi
menentukan jenis atau spec. Barang yang diperlukan dibagian kantornya.
3.
Influencers, yaitu orang yang turut mempengaruhi
dan memberi saran dalam pembelian, barang apa, kepada siapa harus dibeli.
4. Deciders,
yaitu orang yang
memutuskan segala sesuatu tentang pembelian.
5. Approvers,
yaitu orang yang
memiliki ortoritas menyetujui proposal dan segala sesuatu mengenai rencana
pembelian.
6. Buyers,
yaitu orang memiliki
otoritas secara formal dalam menetukan pelaksanaan pembelian.
7. Gatekeepers,
yaitu orang atau
petugas yang berpengaruh dalam cara memperoleh informasi.
5.
Systems Buying and System Selling
Banyak pembeli yang tidak
mau pusing membeli suatu peralatan, yang ia inginkan ialah ia mau membeli suatu
peralatan, misalnya mulai peralatan itu di pasang sampai bisa lancar
dioperasikan. Oleh sebab itu para penjual atau produsen mengenalkan systems
selling guna melayani permintaan konsumen. Systems selling banyak digunakan
dalam penjualan barang industri dalam jumlah besar seperti dalam pembuatan
telekomunikasi, transportasi, irigasi, pemasangan pipa, pembuatan bendungan,
sistem kebersihan kota, dan keunggulan lainnya.
Pihak pembeli atau
pemerintah tinggal menerima beres atau menerima kunci, ini disebut pula dengan
systems turn key, tinggal putar kunci, atau pihak pembeli hanya berhubungan
dengan satu kunci pemasok saja dan semua persoalan menjadi beres, tidak banyak
urusan.
System Selling dan Turn key
ini sering diikuti dengan penawaran MRO = Maintenance, Repair, Operation. Jadi
pemasok juga bertanggung jawab terhadap pemeliharaan bangunan dan peralatan,
perbaikkan bila terjadi kerusakkan dan mengoperasikan peralatan. Systems Buying
dan Systems Selling ini akan sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak, baik
penjual maupun pembeli.
DAFTAR
PUSTAKA:
Boyd, Harper W. Jr, Orville
C. Walker. Jr dan Carl McDaniel. 2001. Manajemen
Pemasaran. Jilid Pertama. Edisi Kedua. Alih Bahasa: Imam Nurnawan,
S.E. Jakarta: Erlangga
Husein, Umar. 2002. Metode Riset Bisnis.
Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama
J. Paul, Peter & C.
Olson, Jery. 2003. Consumen
Behavior: Perilaku Konsimen dan Strategi Pemasaran. Edisi Keempat.
Ahli Bahasa: Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid
Pertama. Edisi Milenium. Alih Bahasa: Hendra Teguh, S.E., AK dan Ronny A.
Rusli, S.E., AK. Jakarta: PT Prenhallindo
Kotler, Philip dan Gary
Amstrong. 2001. Principles
of Marketing. Edisi Kesembilan. New Jersey: PT Prenhallindo
4 komentar:
terima kasih
kunjungi oh blog ku hehe
hay kaka...
izin copy ya...
makasih.....
izin coopy ya.
maksih
Posting Komentar