translate dari buku HRP A Business Planning Approach - (Donald W. Jarrell, Drexel University)
Bab 5
Perencanaan Taktis untuk Sumber Daya Manusia
Tidak ada unit organisasi yang dapat
ditunjuk memiliki tanggungjawab satu-satunya untuk melaksanakan fungsi human
resource (sumber daya manusia). Namun, fungsi ini dilakukan oleh beragam
kelompok orang yang tersebar di seluruh organisasi – dari mulai chief executive
officer hingga line managers dan personalia yang bekerja di dalam departemen
human resources. Bagaimana semua orang ini dibujuk untuk bertindak bersama-sama
dalam rangka mencapai strategi-strategi human resource? Pengembangan kebijakan
taktis akan mengkoordinasikan beragam orang ini untuk mencapai tujuan human
resource strategis dengan upaya organisasi minimal.
KONSEP PERENCANAAN HUMAN RESOURCE TAKTIS
Kami telah mengatakan bahwa perencanaan
taktis adalah alokasi sumberdaya sebuah organisasi ke kegunaan khusus di dalam
unit organisasi dan posisi pekerjaan. Pada level fungsional perencanaan,
perencanaan taktis menjadi sebuah alokasi upaya manusia. Planner harus memilih
area-area yang akan menerima upaya langsung mereka atas nama strategi dan
tujuan organisasi. Kemudian kebijakan-kebijakan taktis dikembangkan untuk
area-area untuk memastikan bahwa upaya ini diarahkan di seluruh organisasi.
Kebijakan-kebijakan taktis ini harus memiliki presedensi atas kebijakan non
taktis lain.
Dua
konsep sangatlah sentral bagi perencanaan taktis untuk human resources, area
aktivitas dan set kebijakan. Area
aktivitas adalah kluster aktivitas yang dapat dikontrol oleh sebuah
pernyataan kebijakan umum. Sebuah set kebijakan
adalah kelompok kebijakan yang, bersama-sama, mengontrol semua area aktivitas
taktis.
Area Aktivitas
Identifikasi
area aktivitas sangatlah pokok bagi perencanaan taktis untuk fungsi human
resource. Dengan memilih area-area tersebut yang penting bagi rencana
strategis, komite perencanaan human resource taktis mengkonsentrasikan kontrol
dalam area-area tersebut dan membantu untuk memastikan bahwa intensi dari
rencana strategis sudah direalisasikan.
Area
aktivitas yang mungkin penting bagi rencana human resource strategis dari
organisasi adalah sebagai berikut
Sistem
banding Aliran human
resource
Benefit
dan services Pengembangan
individual
Manajemen
karir Pengembangan
organisasi
Konseling
karir Orientasi
Kompensasi/reward
Performance appraisal
Rancangan
kerja Penempatan
Disiplin
(bidang ilmu) Rekrutmen
Komunikasi
karyawan Riset
Pengaruh
karyawan Penjadwalan kerja
Relasi
karyawan Seleksi
Sistem
support karyawan Supervisi
Perencanaan
employment Training
Keamanan
employment Union relation
Kesehatan
dan safety
Memilih Area Aktivitas Taktis
Terdapat
dua metode untuk mengidentifikasikan area-area aktivitas. Satu adalah
judgmental selection dan yang lainnya adalah empirical selection. Judgmental selection melandaskan pilihan
area aktivitas terhadap kontribusi strategi
human resources. Empirical selection
melandaskan pilihan dalam kontribusi terhadap tujuan human resources. Organisasi kecil dengan operasional di satu
atau sejumlah kecil lokasi dapat menggunakan metode judgmental selection.
Organisasi yang lebih besar dengan operasional di banyak lokasi dapat
menggunakan metode judgmental dan empirical selection.
Judgmental Selection
Dalam
judgmental selection, komite mempersiapkan sebuah daftar area aktivitas
manajemen human resource yang dipercaya untuk memasukkan semua aktivitas yang
dilakukan dalam organisasi. (Daftar aktivitas yang diberikan diatas dalam
section ini dapat digunakan sebagai sebuah titik awal untuk tugas ini). Komite
kemudian mengevaluasi masing-masing area dalam hal tingkat kepentingannya
terkait pelaksanaan strategi human resource organisasi. Proses ini menggunakan
sebuah meeting terstruktur khusus, atau serangkaian meeting seperti ini, yang
dirancang untuk mengurangi kecenderungan partisipan individual dalam
menyesuaikan diri dengan opini kelompok ataupun opini leader. Struktur dari
meeting akan memungkinkan anggota komite untuk mengembangkan sebuah pemahaman
bersama dan menyeluruh terhadap area-area aktivitas dan strategi human
resources; hal ini akan mensuplai informasi yang dibutuhkan untuk memilih
area-area aktivitas; dan hal ini akan mendorong penggunaan obyektif dari
informasi ini.
Meeting
harus menggunakan fasilitator dari luar yang akan memfasilitasi pekerjaan
grup/kelompok dan tidak memimpin kelompok. Hal ini menghindari kecenderungan
umum lain dari partisipan meeting, untuk memindahkan tanggungjawab untuk hasil kepada
leader. Fasilitator akan melakukan pekerjaan berikut ini:
- Mempersiapkan
meeting dengan jalan menguraikan tugas untuk grup atau kelompok.
Dekomposisi dari tugas-tugas yang kompleks ke dalam tugas-tugas yang
sederhana akan dapat meningkatkan akurasi keputusan yang dibuat dengan
memungkinkan penggunaan informasi dalam sebuah cara yang lebih efisien.
Tugas menyeluruh
dari komite adalah untuk menjawab pertanyaan: Seberapa penting masing-masing
area aktivitas ini bagi srategi human resource, jika dibandingkan dengan area
aktivitas lain? Fasilitator dapat memecah pertanyaan ini menjadi serangkaian
pertanyaan yang lebih sederhana, seperti misalnya:
- Hasil
apa yang dicapai oleh tiap area aktivitas?
Orang-orang
yang terlibat dalam aktivitas bisa diminta untuk menyatakan hasil yang mereka
amati selama melakukan aktivitas. Misalnya, sebuah hasil pengamatan dari area
aktivitas “sistem banding” bisa jadi “perlakuan yang setara dari karyawan”.
- Seberapa
penting masing-masing hasil ini bagi tiap strategi human resource
organisasi?
Ahli
teori human resource ataupun para praktisi dapat diminta untuk memberikan
briefing kepada anggota komite mengenai apakah outcome dari tiap area aktivitas
merupakan prakondisi untuk melaksanakan tiap strategi. Melanjutkan contoh, ahli
teori human resource ataupun para praktisi dapat menyarankan anggota komite
bahwa “perlakuan yang setara dari karyawan” adalah sebuah prakondisi untuk
pencapaian strategi “menciptakan komitmen organisasi” tapi cenderung bukan
merupakan kondisi penting untuk strategi “memastikan suplay bakat karyawan yang
memadai”.
- Dalam
skala 1 hingga 10, seberapa penting tiap area aktivitas untuk tiap strategi?
Menjawab
pertanyaan ini akan membutuhkan informasi yang diperoleh dari menjawab dua
pertanyaan sebelumnya.
- Kini,
dalam skala 1 hingga 10, seberapa penting tiap area aktivitas bagi
strategi human resource kita jika dibandingkan dengan area aktivitas
lainnya?
Sebuah
jawaban terhadap pertanyaan ini dapat diperoleh dengan menggunakan hasil semua
pertanyaan sebelumnya.
- Menyediakan
sebuah peluang bagi semua anggota untuk berpartisipasi dan khususnya
mendorong ekspresi opini minoritas.
- Mendorong
kelompok untuk menangguhkan evaluasi hingga analisa selesai dilakukan.
- Menghindari
memperkenalkan ide sendiri ke dalam kelompok.
- Menyediakan
persiapan sebuah laporan tertulis yang menguraikan konsensus kelompok dari
- tingkat
kepentingan relatif dari area-area aktivitas
- area
aktivitas yang akan digunakan sebagai area taktis
- mengapa
tiap area aktivitas yang dipilih ini penting bagi tiap strategi.
Bagan 5-1 menunjukkan contoh
dalam jenis-jenis area aktivitas yang dapat dipilih oleh komite taktis untuk
strategi-strategi yang diuraikan di dalam Bab 4. Tidak semua komite akan
memilih area aktivitas yang sama untuk strategi yang serupa. Situasi khusus
akan mempengaruhi area aktivitas yang dipilih. Sebagai contoh, untuk sebuah
persuahaan dalam sebuah industri proses-kontinyu, dimana organisasi ini harus
buka 24 jam sehari, 7 hari seminggu, seperti misalnya sebuah rumah sakit, maka
“penjadwalan pekerjaan” mungkin merupakan area aktivitas penting untuk
kebanyakan strategi yang dikejar oleh organisasi. Untuk sebuah perusahaan dalam
sebuah industri proses-diskontinyu, dimana organisasi hanya perlu buka di
jumlah jam dan hari yang terbatas dalam seminggu, seperti misalnya bank
komersil, “penjadwalan pekerjaan” mungkin merupakan area aktivitas tidak
penting untuk semua strategi yang hendak dicapai oleh organisasi.
STRATEGI
|
AREA AKTIVITAS
|
|
Mengelola perubahan teknologi
|
Kompensasi/reward
Pengembangan organisasi
Riset
|
Seleksi
Supervisi
Training
|
Memastikan suplai bakat HR yang memadai
|
Rancangan pekerjaan
Perencanaan employment
|
Aliran human resource
Training
|
Mempromosikan pengembangan karyawan
|
Aliran human resource
Pengembangan individual
|
Training
|
Mempromosikan customer service
|
Rancangan pekerjaan
Sistem support karyawan
Riset
|
Seleksi
Supervisi
|
Meningkatkan produktivitas human resource
|
Rancangan pekerjaan
Pengaruh karyawan
Sistem support karyawan
Pengembangan organisasi
|
Riset
Training
Union relation
|
Menciptakan komitmen organisasi
|
Sistem banding
Kompensasi/reward
Sistem support karyawan
Keamanan employment
|
Aliran human resource
Orientasi
Performance appraisal
Supervisi
|
Mendorong partisipasi
|
Rancangan pekerjaan
Komunikasi karyawan
Pengaruh karyawan
|
Supervisi
Training
|
Mempertahankan agar konsumen tetap puas
|
Komunikasi karyawan
Relasi karyawan
Sistem support karyawan
|
Rekrutmen
Riset
Seleksi
|
Memfokuskan pada karir karyawan
|
Konseling karir
Manajemen karir
Rancangan pekerjaan
|
Perencanaan employment
Pengembangan individual
|
Bagan 5-1. Area
Aktivitas Taktis untuk Strategi Human Resource Terseleksi
Empirical selection
Metode empirical selection mengambil
keuntungan dari fakta bahwa lokasi operasional yang berebda dari sebuah
organisasi cenderung untuk menekankan aktivitas manajemen human resource yang
berbeda. Lokasi ini dipelajari untuk menentukan jumlah dimana aktivitas-aktivitas
yang mereka tekankan memberikan kontribusi pada pencapaian sukses dalam
tujuan-tujuan human resource. Area aktivitas yang ditemukan memberikan
kontribusi paling banyak ditargetkan untuk penggunaan taktis.
Area
aktivitas dapat diidentifikasikan dengan langkah-langkah berikut:
- Melakukan
sebuah audit aktivitas human resource dalam tiap lokasi
Untuk
audit, pengukuran dipilih atau dikembangkan untuk menentukan tingkatan dan
efektivitas aktivitas dalam beragam lokasi. Pengukuran-pengukuran ini
didasarkan pada indeks tujuan atau pada opini penerima pelayanan jasa human
resource. Data untuk pengukuran tujuan dapat ditemukan dalam catatan perusahaan
dari operasional lokasi. Opini-opini dapat diperoleh dengan jalan mensurvei
karyawan, manajerial ataupun non-manajerial, dalam tiap lokasi perusahaan.
- Melakukan
sebuah analisa faktor untuk mengelompokkan aktivitas ke dalam area
aktivitas dan untuk menentukan tingkatan dan efektivitas aktivitas dalam
tiap area aktivitas.
Analisa
ini akan menghasilkan skor faktor yang akan digunakan dalam langkah 4. Sebuah
diskusi mengenai analisa faktor dapat ditemukan dalam teks statistik yang
paling dasar dan tidak akan dibahas disini.
- Mengembangkan
pengukuran kontribusi dari tiap lokasi terhadap pencapaian tujuan human
resource organisasi. Pengukuran-pengukuran ini akan diaplikasikan ke
aktivitas human resource dari beragam lokasi.
Pengukuran-pengukuran
dapat dilandaskan pada indeks tujuan yang tersedia dalam catatan organisasi
atau dalam opini pengamat luar dan karyawan organisasi, khususnya eksekutif
level yang lebih tinggi. Pengukuran yang tepat untuk digunakan oleh sebuah
organisasi akan tergantung pada tujuan tertentu yang dikembangkan dalam
perencanaan strategis.
Berikut
ini adalah daftar tujuan human resource yang diambil dari Bab 4 dan sebuah
contoh sebuah pengukuran tujuan yang memungkinkan untuk tiap-tiap:
Menjadi seorang employer yang
bertanggungjawab secara sosial – jumlah keluhan peluang employment/kerja yang setara yang dimasukkan
oleh pelamar kerja dan karyawan di sebuah lokasi
Mengembangkan kompetensi human resource
untuk keunggulan kompetitif – jumlah presentasi undangan oleh karyawan di meeting asosiasi
profesional.
Membuat investasi yang bagus dalam human
resource – ketetapan
untuk human capital budgeting di tiap lokasi.
Menghormati hak karyawan individual – eksistensi sebuah prosedur keluhan
yang baik untuk karyawan non-perserikatan.
Dianggap sebagai sebuah tempat yang
bagus untuk bekerja –
respon karyawan di tiap lokasi dalam survei quality-of-work-life.
Mengelola human resources dalam sebuah
cara yang state-of-the-art – rata-rata jumlah waktu antara publikasi pertama sebuah ide baru untuk
manajemen human resource dan pertimbangan penggunaannya didalam sebuah lokasi.
- Melakukan
sebuah analisa regresi untuk mengembangkan hubungan antara tingkatan dan
efektivitas area aktivitas dan pencapaian organisasi dalam tujuan human
resource. Analisa ini akan mengungkapkan area-area aktivitas tersebut yang
sangat penting bagi pencapaian tujuan strategis.
Perbandingan Metode Seleksi
Metode judgmental dan metode empirical
adalah alat-alat yang efektif untuk memilih area aktivitas yang penting bagi
rencana strategis. Judgmental memfokuskan pada strategi; sementara empirical
terfokus pada tujuan strategis. Sebuah perusahaan dengan hanya satu atau dua
lokasi memiliki keterbatasan dalam metode judgmental, tapi perusahaan dengan
beragam lokasi dapat merealisasikan keunggulan penggunaan kedua metode ini
secara independen.
Karena
tiap metode menyediakan bukti yang terpisah mengenai topik-topik yang harus
dicakup dalam kebijakan-kebijakan untuk area-area aktivitas, sebuah analisa
yang komprehensif akan tercapai. Hasil independen dari dua metode ini bertindak
sebagai sebuah pengecekan dalam akurasi perencanaan strategis. Harus terdapat
sejumlah besar overlap dalam area taktis yang dirujuk dengan metode yang
berbeda. Jika hanya sedikit overlap yang eksis, komite harus mempertanyakan
apakah strategi yang dipilih memang tepat untuk tujuan strategis organisasi.
Set Kebijakan
Mengembangkan kebijakan di dalam Area Aktivitas Taktis
Setelah
area aktivitas dipilih untuk berfungsi sebagai sebuah area aktivitas taktis,
kebijakan-kebijakan harus dikembangkan untuk area-area ini. Kebijakan-kebijakan
yang diadopsi harus konsisten dengan filosofi orgnaisasi yang menghormati human
resources dan dengan tujuan dan strategi human resource. Setidaknya beberapa
kebijakan akan cenderung untuk eksis untuk tiap area. Kebijakan-kebijakan ini
harus direvisi untuk melayani tujuan taktis.
Analisa
yang dilakukan untuk memilih area aktivitas akan menyatakan topik spesifik dan
juga specific wording untuk pernyataan kebijakan. Jika area aktivitas dipilih
menggunakan metode judgmental, member komite perencanaan taktis akan harus
mempersiapkan sebuah laporan yang menyatakan alasan-alasan yang mereka rasakan
terkait melaksanakan strategi yang akan melibatkan tiap area aktivitas yang
dipilih. Alasan – alasan ini akan cenderung merujuk pada keputusan-keputusan
penting yang harus dikontrol oleh kebijakan. Sebagai contoh, area aktivitas
yang berkenaan dengan “kompensasi/reward” akan cenderung dipilih jika salah
satu strateginya adalah “menciptakan komitmen organisasi”. Sudah ditunjukkan
bahwa perlakuan yang setara dalam kompensasi merupakan hal yang penting untuk
membangun komitmen karyawan. Penalaran menyarankan agar sebuah laporan
kebijakan harus didrafting sebagai berikut: “Dalam menentukan upah dan struktur
gaji, ekuitas internal akan diberikan prioritas atas pertimbangan lainnya.”
Jika
area aktivitas dipilih dengan metode empirical, perhatian terhadap
pengukuran-pengukuran yang dimasukkan dalam tiap faktor (area aktivitas) akan
menyediakan petunjuk untuk keputusan-keputusan penting yang harus dikontrol
oleh kebijakan. Pengukuran-pengukuran ini banyak dimuat pada sebuah faktor yang
harus diberikan penekanan lebih berat dalam pengembangan kebijakan. Untuk
mengilustrasikan poin ini, bayangkan bahwa pengukuran terpenting yang
dimasukkan dalam sebuah area aktivitas yang berkenaan dengan “kompensasi/reward”
adalah “tingkatan dimana posisi dievaluasi dalam sebuah cara tertentu sehingga
ekuitas dipertahankan di seluruh pabrik.” Pengukuran kedua yang diasosiasikan
dengan sebuah area aktivitas yang kurang penting, “staffing/EEO”, adalah “waktu
rata-rata yang diperlukan untuk mengisi lowongan pekerjaan.” Hasil ini
menyatakan sebuah kebijakan sebagai berikut, “Dalam menentukan upah dan
struktur gaji, ekuitas internal dari upah dan gaji individual akan diberikan
prioritas atas ekuitas eksternal.”
Dalam
prakteknya, beberapa perbedaan dalam kebijakan yang disarankan oleh dua metode
ini akan terjadi, dan judgment/penilaian harus digunakan oleh komite
perencanaan taktis untuk merekonsiliasikan perbedaan-perbedaan ini.
PROSES PERENCANAAN HUMAN RESOURCE TAKTIS
Bab 3 mengandung sebuah diskusi umum
mengenai proses perencanaan taktis. Diskusi tersebut berkenaan dengan
pembentukan komite perencanaan bisnis taktis dan pandugan untuk disain struktur
taktis. Diskusi tersebut, untuk sebagian besar bagian, relevan dalam perencanaan
taktis untuk fungsi human resource dan tidak akan dibahas disini.
Komite Perencanaan Human Resource Taktis
Komite perencanaan human resource taktis
mungkin tidak perlu sebesar komite perencanaan taktis untuk perencanaan level
usaha, grup dan bisnis karena ada lebih sedikit pekerjaan untuk dilakukan.
Dimana komite taktis unit bisnis, usaha dan grup harus merancang struktur
organisasi, kultur organisasi, dan proses-proses budgetary, komite perencanaan
human resource taktis harus mendisain sebuah set kebijakan taktis.
Meski
demikian, akan esensial bahwa komite perencanaan human resource taktis ini
merupakan representatif dari seluruh organisasi. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, sebuah grup orang-orang yang beragam dan tersebar di seluruh
organisasi harus melaksanakan kebijakan-kebijakan taktis. Jika semua orang ini
dapat dibujuk untuk bertindak bersama-sama dalam rangka mencapai strategi human
resource, maka akan harus terdapat level persetujuan yang tinggi, dan
penerimaan atas kebijakan-kebijakan ini.
Komite
haruslah sekecil yang memungkinkan, konsisten dengan persyaratan bahwa beragam
aspek organisasi harus terwakili dengan baik.
Panduan untuk Peranacngan sebuah Set Kebijakan Taktis
Panduan untuk perancangan struktur
distributif yang dibahas dalam Bab 3 ini berlaku pada set kebijakan taktis
struktur distributif. Panduan ini, berlaku untuk set kebijakan taktis, adalah
sebagai berikut:
· Set kebijakan taktis harus kompatibel
dengan struktur distributif lain – struktur organisasi, kultur organisasi, dan
anggaran finansial. Untuk semakin mempertinggi kompatibilitas ini, komite yang
merancang set kebijakan taktis human resource dan sub komite yang mendisain
masing-masing struktur distributif yang bereda harus memiliki membership yang
overlapping.
· Set kebijakan taktis harus
mengalokasikan upaya manajemen human resource untuk equal incremental return.
· Set kebijakan taktis harus berfungsi
sebagai sebuah kesatuan terintegrasi dalam mengimplementasikan rencana
strategis. Set kebijakan taktis dan strategi human resource harus memiliki
hubungan interaktif dimana masing-masingnya disesuaikan untuk efektivitas
optimum dari hubungan ini.
· Set kebijakan taktis harus mematuhi
rancangan organisasi dan identitas organisasi.
· Set kebijakan taktis harus meninggalkan
ruang untuk pengambilan keputusan selanjutnya oleh line managers dan personel
departemen human resource dalam operasional day-to-day.
· Set kebijakan taktis harus memasukkan
sebuah pernyataan kebijakan yang mensyaratkan peninjauan periodik dan kapanpun
rencana strategis mengalami perubahan.
· Set kebijakan taktis harus menghasilkan
perilaku yang diinginkan.
RINGKASAN
Perencanaan taktis untuk fungsi human
resource terdiri atas merancang sebuah set kebijakan yang menggerakkan
operasional harian manajemen human resource ke arah strategi dan tujuan human
resource. Kunci bagi perencanaan taktis yang baik adalah pemilihan yang seksama
dari banyaknya area aktivitas yang ada untuk mendapatkan area dengan kebijakan
taktis yang akan dikembangkan. Berusaha untuk mengontrol semua area aktivitas
akan cenderung menghilangkan upaya dan membuat kontrol yang tidak ekonomis.
Area
aktivitas yang penting bagi rencana strategis dapat dipilih dengan metode
judgmental atau dengan metode empirical. Di dalam metode judgmental, area-area
aktivitas dipilih dengan mempertimbangkan sebuah daftar area aktivitas standar
yang komprehensif dan menimbang masing-masing tingkat kepentingannya dalam
menjalankan strategi human resource organisasi. Hal ini bisa dilakukan hanya
jika planner termasuk obyektif dan memahami sepenuhnya area aktivitas dan juga
strategi. Struktur yang tepat dalam tugas mereka sangatlah penting disini.
Di
dalam metode empirical, area-area aktivitas dipilih menurut tingkat
kepentingannya bagi tujuan human resource strategis. Sebuah audit dilakukan
dalam tingkatan dan efektivitas dengan mana aktivitas human resource dilakukan
di dalam organisasi. Sebuah analisa faktor dari pengukuran audit dapat
dilakukan. Analisa faktor akan muncul dari kluster aktivitas yang dilakukan
sebagai sebuah unit. Skor faktor – mewakili tingkatan dan efektivitas dengan
mana aktivitas dalam tiap area aktivitas dilaksanakan di tiap lokasi –
diregresikan terhadap pengukuran-pengukuran dari tingkatan dimana tiap lokasi
memberikan kontribusi bagi tujuan human resource strategis organisasi. Formula
regresi menyediakan sebuah basis untuk pilihan area aktivitas yang sangat
penting bagi tujuan human resource strategis. Metode ini hanya akan mungkin
dilakukan dalam organisasi yang multilokasi.
Dalam
organisasi dengan sejumlah besar lokasi operasional, akan bijak untuk
menggunakan kedua metode dalam menentukan area aktivitas karena tiap metode
menyediakan informasi komplementer yang berbeda tapi penting tentang
kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam organisasi. Menggunakan informasi
ini, organisasi dapat mendrafting kebijakan-kebijakan spesifik yang membentuk
sebuah set kebijakan taktis untuk menggerakkan organisasi menuju tujuan
strategisnya untuk human resources.
LATIHAN PEMBELAJARAN
Analisa Kasus
Jika kau memiliki peluang
untuk melakukan diskusi kelompok kecil, kau bisa menggunakan prosedur yang
disarankan untuk Case 1 dalam Bab 1.
Dalam Case 5, “Westview
Company, Inc.,” John Stoltz, manajer human resource, dihadapkan dengan
tantangan penting lain dalam karirnya di sebuah perusahaan yang tumbuh pesat.
Dia harus memandu komite yang akan memilih kebijakan-kebijakan yang akan
mengarahkan manajemen human resource dalam mendukung tujuan human resource.
Kembangkan sebuah rencana
kerja untuk John yang akan memungkinkannya dan komite untuk bekerja sama dan
melakukan sebuah pekerjaan yang menyeluruh dan komplit dalam mempertimbangkan
semua alternatif kebijakan saat mereka tiba di set pilihan kebijakan pokok. Kau
harus mengembangkan rekomendasi untuk bagian tugas John berikut ini:
1.
Persiapan
informasi. Apakah John memiliki cukup informasi untuk pertemuan awal komite?
Informasi tambahan apa, jika memang diperlukan, yang harus dikumpulkan selama
dua minggu sebelum meeting diselenggarakan? Berikan contoh tipe informasi yang
harus dikumpulkan olehnya.
2.
Komentar
pembuka bagi komite. Kembangkan sebuah pernyataan latar belakang yang
mendeskripsikan tugas komite dan pentingnya tugas ini. Pastikan pernyataan ini
membedakan kebijakan taktis dari kebijakan non taktis lainnya.
3.
Usulkan
rencana kerja. Kembangkan sebuah rencana step-by-step untuk pekerjaan komite.
John akan menyajikan rencana ini untuk diskusi di pertemuan pertama. Jika
rencana ini diselenggarakan dibawah tinjauan komite, maka rencana ini akan
menyediakan sebuah framework untuk perencanaan kelompok.
Aktivitas
Amankan
sebuah isu dari beberapa surat kabar bisnis ataupun jurnal bisnis, seperti
misalnya Wall Street Journal, Business Week, Fortune, atau Forbes. (kebanyakan
perpustakaan menyimpan ini). Scan beberapa isu permasalahan untuk contoh
perencanaan. Berapa banyak perhatian yang diberikan pada perencanaan
level-fungsional untuk human resources jika dibandingkan dengan perencanaan
dalam level usaha, grup (unit bisnis strategis) dan bisnis? Bagaimana jika
dibandingkan dengan area fungsional lainnya, seperti misalnya marketing dan
finance? Kumpulkan sampel representatif untuk masing-masing level ini dan
area-area fungsional ini. Jika temuanmu adalah pelaporan berita bisnis secara
umum, apa implikasinya, jika ada, bagi perencanaan human resource?
Pertanyaan Diskusi
1. Apa saja kelebihan dari memiliki
banyak orang terlibat dalam perencanaan human resource? Apakah ada
contoh-contoh dimana perencanaan human resource harus dilakukan oleh sebuah
kelompok kecil? Jelaskan jawabanmu dengan seksama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar