Sabtu, 27 April 2013

KEPEMIMPINAN DAN ORGANISASI PEMBELAJAR



KEPEMIMPINAN DAN ORGANISASI PEMBELAJAR
Disusun untuk melengkapi tugas terstruktur mata kuliah Kepemimpinan



Oleh:
Kelompok 4

Ndaru Hutomo Putro           105020207111005
Thomas Leonard Jenkins     105020207111075
Shely Nora                             115020200111022
Ruri Fitria                              115020200111042
Tia Aprilia                             115020202111002
Siti Zulaikha                          115020205111004




Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2013

PENGANTAR

Organisasi yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kecerdasan dan ketrampilan yang tinggi (smart) senantiasa terdorong untuk melakukan perubahan sampai pada suatu titik dimana organisasi berubah menjadi lebih efektif. Oleh karena itu, evolusi pun terus berjalan dari era organisasi tradisional hingga organisasi pembelajar, sebagai wadah yang dapat menfasilitasi pembelajaran bagi individu atau group yang dilakukan secara sadar dan bersama-sama dalam mentransformasikan pengelolaan dan penggunaan pengetahuan dalam mencapai tujuan organisasi secara terus menerus sehingga mencapai suatu kapasitas yang semakin luas.
Manfaat penting membangun organisasi belajar adalah mampu menghadapi tantangan perubahan dalam segala aspek lingkungan kehidupan dan menyesuaikan diri dengan perubahan itu agar tetap bertahan dan berkembang, mencapai kinerja yang tinggi dan memenangkan persaingan, dan memperbaiki kualitas dengan memunculkan inovasi. Makalah ini mencoba mengupas lebih lanjut hal-hal berkaitan dengan membangun organisasi belajar.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pengajar Mata Kuliah Kepemimpinan, Bapak Misbahudin Azzzuhri. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas terstruktur Mata Kuliah Kepemimpinan. Semoga maakalh ini bermanfaat.
.
Malang, Maret 2013


Penulis

           

PENDAHULUAN

Munculnya pesaing-pesaing baru dalam ekonomi global menuntut adanya perluasan seperangkat ketrampilan yang “hard” (teknologi) dan “soft” (interpersonal dan komunikasi) secara seimbang. Ketrampilan yang diidentifikasikan oleh beberapa pengarang manajemen, meliputi manajemen informasi, sumber-sumber daya, hubungan dengan manusia, dan “self-management”. Titik awal, sudah tentu adalah ketrampilan dasar : membaca, menulis, berhitung, dan, yang paling penting adalah “kemampuan untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup” (ability to learn continuously throughout life). 
 Awalnya organisasi berupaya memperbaiki produk, pelayanan, dan inovasinya melalui “continues improvement” dan “breakthrough strategies”. Cara ini menghasilkan konsep yang dikenal dengan nama Total Quality Management (TQM) dan Business Process Reengineering. Namun organisasi menemukan fakta bahwa kegagalan atau juga keberhasilan program-program tadi sangat ditentukan oleh faktor manusia (human factors) seperti : ketrampilan, sikap dan budaya organisasi. Belajar , Pada tingkat individual : memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan. Pada tingkat organisasi : mengubah persepsi, visi, strategi, dan mengalihkan pengetahuan Pada tingkat individual dan organisasi : penemuan dan pembaharuan – penciptaan, penjajagan pengetahuan baru, pemahaman gagasan-gagasan baru.
Manfaat penting membangun organisasi belajar adalah mampu menghadapi tantangan perubahan dalam segala aspek lingkungan kehidupan dan menyesuaikan diri dengan perubahan itu agar tetap bertahan dan berkembang, mencapai kinerja yang tinggi dan memenangkan persaingan, dan memperbaiki kualitas dengan memunculkan inovasi.


PEMBAHASAN

A. Pengertian
Ada beberapa definisi dari berbagai literature mengenai Organisasi Pembelajar atau yang biasa deisebut LO. Beberapa definisi yang paling populer adalah sebagaimana diungkapkan beberapa tokoh berikut. Senge (1990) mendefinisikan, LO adalah proses memfasilitasi pembelajaran bagi individu atau group yang dilakukan secara sadar dan bersama-sama dalam mentransformasikan pengelolaan dan penggunaan pengetahuan dalam mencapai tujuan organisasi secara terus menerus sehingga mencapai suatu kapasitas yang semakin luas. Sementara itu, Marquardt (2002) mendefiniskan, LO adalah sebagai suatu organisasi yang belajar secara kolektif dan bersemangat, dan terus menerus mentransformasikan dirinya pada pengumpulan, pengelolaan, dan penggunaan pengetahuan yang lebih baik bagi keberhasilan perusahaan.
Di sisi lain, Garvin (1993; dikutip oleh Kreitner, 1995: 276) memiliki pandangan berbeda dengan Senge dan Marquardt. Menurut Garvin, sebuah organisasi belajar adalah organisasi terampil membuat, memperoleh, dan mentransfer pengetahuan, dan untuk memodifikasi perilaku untuk mencerminkan pengetahuan dan wawasan baru. Definisi Garvin terhadap OL mengandalkan persyaratan, bahwa suatu organisasi harus dapat memenuhi persyaratan tersebut untuk menjadi organisasi yang belajar.
Ketiga pendapat tersebut di atas masing-masing memiliki perbedaan dan persamaan. Jika Marquardt lebih menitikberatkan pada aspek OL sebagai wadah, maka Senge dan Garvin lebih menitikberatkan kepada proses. Hanya saja, Senge lebih fokus kepada prosessoftskill sementra Garvin lebih kepada penguasaan hardskill dalam OL. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa OL adalah suatu wadah di mana orang-orang secara sadar melakukan proses pembelajaran secara terus menerus atas suatu kemampuan (softskill dan hardskill) untuk menghasilkan dan menggeneralisasikan gagasan baru dengan kuat yang berkaitan dengan pengembangan sumbser daya individu atau kelompok dalam organisasi sehingga tercapai tujuan bersama.

B. Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
            Peter Senge menjelaskan, bahwa body of knolwledge secara praktis, adalah disiplin ke lima yang dalam hal ini adalah berpikir sistem (system thinking). Kegagalan dalam organisasi, karena keempat disiplin yang ada dalam OL belum terwadahi oleh suatu sistem. Senge dan Marquart menganggap bahwa setiap orang mempunyai potensi yang tersembunyi yang patut untuk dibangkitkan agar bisa berkembang dan bisa dipergunakan untuk pencapaian tujuan orangisasi yang didalam termasuk tujuan individu sendiri.
            Oleh karena itu, dalam sebuah organisasi diperlukan adanya sebuah kepemimpinan (leadership). Leadership yang digunakan dalam OB itu adalah bukanlah orang yang dominan dalam oragnsiasi, tetapi bagaimana dia bisa menganggap orang dalam sebuah organisasi sebagai colega, tidak ada yang menonjol sendiri-sendiri, tidak unik yang melebihi dari orang lain yang dapat berpikir sistem. Dalam konteks ini, maka pemimpin menurut Senge, adalah sebagai designer, sebagai stewardess (pelayan), teacher, dan kepemimpinan bersama (share leadership) setiap orang bisa dilatih sebagai pemimpin.
Jika sudah dilatih sebagai pemimpin, setiap orang menjadi pemimpin dan memiliki waktu, maka orang tersebut akan menunjukkan kemampuannya. Hal ini dapat dianalogikan seperti filosofi Burung Angsa (geese) membentuk huruf V dalam bermigrasi ke suatu tempat. Siapapun di depan atau di belakang semua konsistem ke tujuannya. Regenerasi kepemimpinan berjalan dengan baik, berjalan demikratis, kolegial.
OB mulai belajar dari TOP pimpinan TOP-DOWN. Setiap orang perlu belajar dari OB, sehingga diperlukan belajar dalam kelompok-kelompok yang belajar secara sistematis. Jika hanya individunya saja yang belajar tetapi tidak ada belajar secara kelompok, maka dipastikan bukanlah sebagai OB. Organisasi belajar dapat digambarkan sebagai berikut: individu → kelompok → organisasi à terus-menerus.
            Marquardt menyebutkan apa yang dikataknnya dengan Deutero Learning, yaitu belajar dan mengetahui apa yang perlu dipelajari. Jika semua belajar secara terus menerus maka akan terjadi belajar sepanjang hayat (life long learning), maka organisasi tersebut akan sustain, bertahan, berkembang dan bersaing. Berpikir sistem menurut Marquardt bertujuan untuk menghilangkan egosentris, tidak ada yang menonjol. Pandangan ini tentu saja lebih luas lagi dari apa yang diungkapkan Senge.
Akses Informasiàsetiap orang dapat dengan mudah mendapatkan informasi-informasi, terbuka, open management, karena informasi sangat penting maka jaringan informasi sangat penting dalam OB. Budaya Kelembagaan yang positif → budaya berangkat dari prilaku menjadi kebiasaan dan kebiasaan menjadi budaya. Iklim organisasi akan sehat jika budayanya sehat dan positif. Misalkan karir berdasarkan Merit Sistem → karir berdasarkan prestasi dan kemampuan. Aspirasi dan konseptualisasi bersama → setiap orang bebas mengemukakan asprisasinya. Setiapa orang dalam organisasi selalu berpikir untuk lebih baik dari hari ke hari, terjadi jika ia belajar → model belajar.
Inti (core) dari kepemimpinan adalah mempengaruhi keputusan melalui proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah proses menentukan pilihan dan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya. Seseorang terpengaruh dengan keinginan kita karena pilihan kita menurut kita memiliki nilai (value) dan fakta. Sedangkan jika tidak bisa mempengaruhi seseorang karena pilihan yang kita berikan tidak dapat memasuki ZOA (Zona of Acceptance : value dan fact)
Misalkan ada beberapa pilihan A, B, C, D. kita mempengaruhi seseorang untuk memilih B dengan resiko menghilangkan kesempatan pilihan A, C dan D. Dari pilihan B tersebut akan memberikan konsekuensi yang dapat merubah perilaku seseorang. Pengambilan keputusan menjadi sasaran Kepemimpinan (core of leadership).
LEADERSHIP SKILL
MANAGER SKILL
melihat secara horizontal (kesamping), mempengaruhi dalam konteks persuade (lebih mengarah mental model sehingga memiliki motivasi)
melihat kebawah dalam rangka mengelola bawahan dalam rangka mencapai target, mengawasi (control)àdirect , monev,
Do The right thing’s = melakukan hal-hal yang benar (berkaitan dengan value)
Do the things right = melakukan hal-haldengan benar (berkaitan dengan fact)
Berfokus pada Long term
Daily activities (short term)
Menggunakan kebijaksanaan (wisdom), lebih banyak berangkat dari hati
Rules àberangkat dari rasional, lebih banyak berangkat dari otak
Mengajak seseorang untk berkembang dan belajar untuk membuat orbit baru
Membuat seseorang mapan tetapi tidak berkembang  (orbitnya tetap)

Setiap orang memiliki kedua skill tersebut, hanya harus bisa menempatkan kapan dia sebagai manager dan kapan sebagai leader. Manager mendistribusikan otority. Orang dalam organisasi memiliki legitimate power dari organisasi. Orang diluar organisasi tidak memperoleh otority, legitimate power dari organisasi. OB dimulai dari atas karena semuanya diputuskan dari atas seperti empowering, fasilitas dari atas, pengakuan dari atas, dan sebagainya, semua berawal dari atas. Teladan juga harus dari atas.
Ada 3 jenis gaya kepemimpinan, yaitu: 1) otoriter (centralisasi), pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan di pusat daripada di daerah; 2) demokrasi (partisipasi), follwer berpastisipasi (seimbang); dan 3) bebas. Apakah otoriter itu jelek? Tidak juga semua tergantung kondisi (ada saatnya kita otoriter). Jika suatu organisasi melakukan learning organisasi dan setiap orang menjadi pemimpin sehingga ada saatnya tidak memerlukan seorang pemimpin, disanalah organisasi tersebut bisa berinovasi dan change.
Ketika dalam keadaan darurat, kritis dan mendesak, seorang pemimpin bisa bertindak otoriter karena tidak memungkinkan untuk berdiskusi lagi, dan setelah masa kritis itu lewat maka keputusan tersebut harus dievaluasi kembali. Sehingga semua gaya kepemimpinan memiliki saatnya sendiri-sendiri. Kapan gaya itu diterapkan sesuaikan dengan kondisi.

C.      Ciri dan Karakteristik Organisasi Belajar
Beberapa pokok pikiran penting yang mencirikan organisasi belajar adalah :
Ø  Adaptif pada lingkungan eksternal
Ø  Terus-menerus meningkatkan kapabilitas untuk berubah
Ø  Mengembangkan kemampuan belajar secara individual dan kolektif
Ø  Menggunakan hasil belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Karakteristik Organisasi belajar menurut senge meliputi berpikir sistem, penguasaan pribadi, pola mental, visi bersama dan belajar beregu.Organisasi Belajar, belajar berinovasi secara terus menerus dengan cara menempatkan perhatian pada “lima komponen”. Memang, kelimanya tidak pernah bisa terkuasai, tetapi organisasi yang terbaik mempraktekannya secara konstan. System Thinking : Orang dalam organisasi belajar bekerja dalam lingkungan sistemik. Keuntungan berpikir sistem adalah kesadaran akan keterkaitan dirinya dalam tim, keterkaitan tim dengan organisasi, keterkaitan organisasi dengan lingkungan yang lebih luas lagi., Personal Mastery : Dalam organisasi belajar, individu dan profesinya dipandang sebagai faktor yang krusial untuk membawa keberhasilan organisasi. Oleh karena itu individu tidak boleh berhenti belajar. Dia harus memiliki visi (mimpi) pribadi, harus kreatif, dan harus komit pada kebenaran., Mental Models : Respon atau perilaku kita atas lingkungan dipengaruhi oleh asumsi yang ada dalam pikiran kita tentang pekerjaan dan organisasi. Kognitif. Persoalannya muncul ketika mental kita terbatas atau bahkan tidak berfungsi, sehingga menghalangi perkembangan organisasi. 
Dalam organisasi belajar model mental menjadi tidak terbatas, melainkan bebas dan selalu bisa berubah. Jika organisasi menginginkan berubah menjadi organisasi belajar maka harus bisa mengatasi ketakutan-ketakutan atau kecemasan-kecemasan untuk berpikir.,Shared Vision : Tujuan, nilai, misi akan sangat berdampak pada perilaku dalam organisasi, jika dibagikan dan dipahami bersama, dan dimiliki oleh semua anggota organisasi. Gambaran masa depan organisasi merupakan juga mimpi-mimpi indah kelompok dan individu. Visi bersama akan menghasilkan komitmen yang kokoh dari individu ketimbang visi yang hanya datang dari atas.,Team Learning : Tim senantiasa ada dalam setiap organisasi. Sebutannya bermacam-macam : departemen, unit, divisi, panitia, dan lain sebagainya. Seringkali seorang individu berfungsi di beberapa tim. Dalam organisasi individu harus mampu mendudukan dirinya dalam tim. Dia harus mampu berpikir bersama, berdialog, saling melengkapi, saling mengoreksi kesalahan. Individu melihat dirinya sendiri sebagai satu unit yang tidak bisa terpisahkan dari unit lain, dan saling tergantung.
Sedangkan karakteristik organisasi belajar menurut Marquardt meliputi belajar semua dan terus menerus, berpikir sistem, akses informasi, budaya kelembagaan positif, aspirasi dan konseptualisasi bersama, menyesuaikan, memperbaharui dan meningkatkan diri. Ciri-ciri organisasi belajar :
1. Organisasi tidak melaksanakan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya
2. Mempunyai kemampuan bersaing dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat dalam lingkungan eksternalnya
3. Terus menerus meningkatkan kemampuan dan menciptakan hasil yang sungguh-sungguh mereka inginkan dengan pola berpikir baru dan memberikan kebebasan tumbuhnya aspirasi kolektif
4. Belajar dilakukan oleh organisasi secara menyeluruh, seolah-olah organisasi itu memiliki satu otak.
5. Belajar berlangsung terus menerus dan terintegrasi dengan pekerjaan
6. Kemampuan berfikir sistem sangat fundamental
7. Tersedianya informasi dan sumber data yang diperlukan untuk keberhasilan organisasi
8. Berkembangnya budaya kelembagaan yang mendukung, menghargai dan memicu belajar perorangan dan beregu.
9. Kegiatan dilandaskan pada aspirasi, refleksi dan konseptualisasi bersama
10. Mampu menyesuaikan diri, memperbarui dan meningkatkan diri sebagai respon atas perubahan lingkungan.
D.  MODEL ORGANISASI TRADISIONAL VS ORGANISASI PEMBELAJAR
ORGANISASI TRADISIONAL
n  Struktur vertikal
  • Tugas rutin & monoton, tidak ada inovasi & kreatifitas
  • Sistem sangat formal
  • Budaya org kaku-menolak nilai baru-lambat beradaftasi
  • Strategi bersaing dg org lain, bukan kolaborasi
ORGANISASI PEMBELAJAR
n  Struktur horizontal
  • Mendorong pemberdayaan
  • Sistem tim kerja mandiri
  • Budaya adaptif
  • Strategi relasi-membentuk jaringan kerja & kolaborasi dengan orang lain
CONTOH
            Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinanya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadasp kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru tugas pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu sedangkan kepala sekolah bertugas pokok adalah “Memimpin” guru beserta stafnya untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan bersama.
            Memimpin dan mengelola sangat mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan karena perlu keterampilan khusus dan pengorbanan terutam sekarang yang paling langka adalah keteladanan seorang kepala sekolah harus menjadi suri teladan baik bagi guru dan stafnya maupun siswa dan orangtua namun demikian kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala sekolah terkadang belum mencapai hasil terbaik yang diharapkan oleh ssekolahnya, karena berbagai kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah terkadang juga belum dapat di atasi maksimal disebabkan profesionalisme kepemimpinanya pada sekolah yang tidak mencapai tingkat terbaik atau dengan kata lain “bahwa jika kepemimpinan kepala sekolah kuat, maka sekolah pun akan menjadi efektif, namun tanpa hal itu, maka sekolah tidak akan efektif.
            Selain itu, kewnyataan saat ini, yang sering kali dihadapi oleh kepala sekolah salah satu kendalanya adalah bahwa kurangnya pengetahuan khusus tentang keterampilan yang kepala sekolah perlukan untuk tetap menjadi pemimpin yang efektif, ketika banyak kepala sekolah menghadapi perubahan dramatis dalam menjalankan perannya. Kepala sekolah merupakan bagian dari pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan  memegang peran yang sangat strategis, terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik.
E. Langkah-langkah Membangun OB
Hal yang penting dalam membangun OB adalah komitmen bersama menjadi OB. Dalam hal ini harus mendorong birokarasi dan merampingkan struktur. Birokrasi à terkait dengan tugas dalam fungsi, tatakelola OB secara baik. Birokrasi tidak bagus jika terjadi disfungsi sehingga tujuan tidak tercapai. Mendorong birokrasi menjadi selayaknya dan merampingkan struktur artinya mengarahkan flat organisasi bukan tall organisasi, ahli dan mengetahui apa yang dikerjakan. Hal yang penting adalah kooerdinasi dan monitoring.
Empowering → Memeberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan belajar lebih lanjut dan  memfasilitasi, memberikan sumberdaya lain dalam memberdayakan skill yang dimiliki, dan memberikan reward. Reward dalam hal ini tidak dalam bentuk uang financial atau materi semata, tetapi idelaisme juga bisa dianggap reward. Dalam konteks ini, maka pemimpin tidak harus lebih pintar dari anggota organisasinya. Masing-masing organisasi memiliki nilai (value) dan ada kode etik dalam setiap organisasi dan harus taat dengan kode etik tersebut. Jika tidak menjaga komitmen, maka mereka telah melanggar kesepakatan. Tujuan adanya kode etik agar organisisi tersebut mampu bersaing, dan berkembang serta survive.
Tujuan keberhasilan transpormasi untuk menjadi OB, adalah:
1) Membangun keinginan/kebutuhan kuat menjadi OB;
2) Membentuk koalisi yang kuat mendorong OB bersinergi, memadukan kesamaan antar organisasi diibaratkan seperti diagram venn (irisan) menggabungkan  kesamaan didalam perbedaan untuk menghasilkan kekuatan baru (added value);
3) Merumuskan visi OB;
4) Mengemunikasikan dan mewujudkan visi;
5) Menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi usaha-usaha mewujudkan visi baru OB (birokrasi, persaingan, kontrol, komunikasi, kepemimpinan, hirarki). Jika birokrasi menghabat OB maka birokrasi yang diperbaiki, persaingan yang sehat, kontrol → tanggung jawab, komunikasi → komunikasi yang tidak bertanggungjawab (gosip), hirarkià pembagian tugas dan tanggung jawab;
6) Menciptakan hasil-hasil jangka pendek;
7) Mengonsolidasikan kemajuan yang diperoleh dan dorong untuk terus maju;
8) Menanamkan perubahan dalam budaya organisasi.
Faktor-faktor pendukung OB, adalah:
1) tuntutan lingkungan;
2) kesenjangan kinerja;
3) perhatian terhadap pengukuran;
4) pola pikir bereksperimen;
5) iklim keterbukaan;
6) pendidikan berkelanjutan; dan
7) keragaman kegiatan.

F.      Transisi Menuju OB 
Marquardt menggambarkan OB seperti kupu-kupu yang penuh kekuatan (powerfull), bukan seperti ulat → organisasi yang tidak atau lamban belajar. OB layaknya kupu-kupu yang berasal dari kepompong → reforming, reengineering, restructuring, refocusing.
Learning berada di tengah-tengah  karena tanpa belajar semua tidak akan berjalan. Adaptif learning → belajar merefleksikan pengalaman sebelumnya kemudian memodifiksinya untuk tindakan yang akan datang = parsial learning. Anticipatory learning → belajar mengantisipasi apa yang akan dihadapi. Action learning →learning by doing. Self directed learning → berupaya bagaimana caranya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Deutero → learn how to learn → anticipatory.

SIMPULAN

            Ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari materi Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajar, antara lain:
·         Organisasi pembelajar merupakan memfasilitasi pembelajaran bagi individu atau group yang dilakukan secara sadar dan bersama-sama dalam mentransformasikan pengelolaan dan penggunaan pengetahuan dalam mencapai tujuan organisasi secara terus menerus sehingga mencapai suatu kapasitas yang semakin luas.
·         Pemimpin dalam Organisasi Pembelajar bukanlah orang yang melakukan dominasi dalam oraganisiasi, tetapi bagaimana dia bisa menganggap orang dalam sebuah organisasi sebagai colega, tidak ada yang menonjol sendiri-sendiri, tidak unik yang melebihi dari orang lain yang dapat berpikir sistem.
·         Karakteristik organisasi belajar dapat meliputi belajar semua dan terus menerus, berpikir sistem, akses informasi, budaya kelembagaan positif, aspirasi dan konseptualisasi bersama, menyesuaikan, memperbaharui dan meningkatkan diri.
·         Organisasi tradisional dan organisasi pembelajar memiliki perbedaan yang sangta mencolok, hal ini dapat dinilai dari sistem yang diterapkan dimana organisasi pembelajar lebih berpotensi dalam mendukung pengembangan diri.


BIBLIOGRAFI

Marquardt, Michael J. 2002. Building The Learning Organization: Mastering The 5 Elements for Corporate Learning, 2nd Edition, CA: Davies-Black Publishing.
Senge, P.M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday Currency.
Kreitner, R. 1995. Management (6th ed.). Boston: Houghton Company.
Djumahir. 2012 (online). Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajar (http://djumahirfeb.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/Organisasi-Kepemimpinan-dan-Organisasi-Pembelarl=en). Diakses 10 Maret 2013

Sri Dwi Ari Ambarwati. 2003. Mengelola Perubahan Organisasional : Isu Peran Kepemimpinan Transformasional dan Organisasi Pembelajaran dalam Konteks Perubahan(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:RGHQ4EerXP8J:journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article/view/1012/943+kepemimpinan+dan+organisasi+pembelajar&hl=en). Diakses 10 Maret 2013





Tidak ada komentar: